Philips Bangun Pabrik Lampu di Sidoarjo US$ 20 juta

Philips Bangun Pabrik Lampu di Sidoarjo US$ 20 juta

- detikFinance
Selasa, 17 Mar 2009 19:44 WIB
Surabaya, - Di tengah krisis seperti ini, nampaknya tak semua investasi langsung loyo. Seperti halnya Philips yang baru meresmikan pabrik lampu hemat energi (LHE) di Sidoarjo, Jawa Timur senilai US$ 20 juta.

Peresmian dilakukan langsung oleh Menteri Perindustrian Fahmi Idris di lokasi pabrik Philips Surabaya, Brebek Industri I Kav 5-19 Waru, Sidoarjo, Selasa (17/3/2009).

Pabrik ini memproduksi lampu Philips TL5 Master yang merupakan Lampu Hemat Energi (LHE). Di pabrik barunya ini, Philips berencana memproduksi sekitar 13 juta unit lampu per tahun dari satu mesin yang digunakan. Namun untuk tahap awal, lampu-lampu yang diproduksi tersebut tidak dipasarkan di dalam negeri, melainkan di ekspor.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Untuk awalnya lampu ini akan diekspor," tukas Factory Manager PT Philips Indonesia Lamps Factory Rifky Al-Amin.

Meskipun begitu, dalam 3 tahun ke depan Philips berencana mendatangkan satu mesin baru untuk memproduksi lebih banyak lampu TL5.

Rifky menambahkan, Indonesia merupakan negara yang dipercaya untuk memproduksi lampu Philips di luar Eropa

Selain Indonesia, pabrik Philips di Belanda dan Polandia telah lebih dulu memproduksi lampu TL5 yang tahan dipasang pada suhu -15 derajat celcius itu dan tahan hingga 19 ribu jam.

"Investasi untuk industri ini adalah US$ 20 juta," tandas Rifky.

Pada kesempatan yang sama, Menteri Perindustrian Fahmi Idris menjelaskan, dalam rangka meningkatkan daya saing produk industri termasuk industri elektronika, pemerintah memberikan insentif berupa bea mauk ditanggung pemerintah (BMDTP) bagi impor bahan baku/komponen.

Selain itu, demi menciptakan persaingan sehat dalam bisnis perlampuan, pemerintah juga telah menetapkan penerapan Standar Nasional secara wajib bagi produk LHE buatan dalam negeri maupun impor.

Pemerintah juga terus melakukan penilaian dan evaluasi terhadap kebijakan insentif sebagai stimulus perekonomian nasional. Usaha untuk menggerakkan roda industri sebagai penopang perekonomian pun terus diusahakan.

"Tidak ada stimulus yang sekali diberikan terus selesai. Semua stimulus itu selalu dinilai dan dievaluasi. negara besar seperti AS pun melakukannya," ujar Fahmi. (iwd/lih)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads