Tanggapan SBY ini disampaikan kepada rombongan sebelum pesawat Garuda Airbus A 330-341 mendarat di Bandara Juanda, Surabaya, Jumat (3/4/2009) setelah terbang dari London.
"Apa yang disampaikan oleh pengunjuk rasa yang jumlahnya lumayan itu sesungguhnya itulah yang diperjuangkan negara-negara berkembang, seperti Indonesia," kata SBY.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti diketahui, pada 1 April bertepatan dengan pertemuan puncak KTT G20 hari pertama, sekitar 7.000 orang turun ke jalan di pusat bisnis London, tepatnya di depan Bank of England. Demo berakhir rusuh, seorang demonstran juga tewas.
Diplomasi Tidak Mudah
Dalam penjelasan sebelum tiba Surabaya, SBY juga menyampaikan bahwa diplomasi dalam pertemuan internasional tidaklah mudah. Perlu ada negosiasi-negosiasi yang terus menerus. "Jadi ini tidak semudah yang dibayangkan," kata SBY.
Dengan diplomasi dan negosiasi itulah, kecemasan bahwa KTT G20 akan gagal mencapai konsensus tidak terbukti. "Semua pemimpin negara sama-sama merasa memiliki tanggung jawab yang tinggi, sehingga tercipta satu kesepakatan," ujar dia.
Bila sebelumnya ada pimpinan negara yang bicara dengan suara tinggi sebelum pertemuan puncak, seperti Presiden Prancis Sarkozy, maka hal itu wajar saja. "Namun setelah bertemu akhirnya terjadi kompromi yang positif sehingga bisa merumuskan komunike bersama," jelas SBY.
Di forum-forum internasional, memang tidak terlepas adanya global interest dan national interest. "Namun, yang perlu kita lakukan adalah bagaimana mengharmonikan antara global interest dan national interest itu. Tanpa ada global solution, maka yang kita lakukan untuk kepentingan nasional, tidak akan efektif," ujar SBY.
Apa yang telah disepakati para pimpinan G20, lanjut SBY, harus dialirkan ke dalam bentuk implementasi. Dan biasanya, negosiasi masih terus berlanjut di tingkat menteri dan gubernur bank sentral dalam membahas tataran implementasi.
(asy/qom)