Dirut PLN Dahlan Iskan mengungkapkan, gara-gara spesifikasi batubara yang buruk tersebut, PLTU Labuan Angin pun tak bisa berproduksi maksimal.
"Labuhan Angin itu sebenarnya bisa berproduksi 115 MW tapi karena batubara yang disuplai tidak cocok dengan mesinnya maka hanya bisa berproduksi 20-30 MW," ungkap Dahlan dalam Rapat Dengar Pendapat di Komisi VII DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (21/4/2010) malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami rapat bagaimana menyikapinya. Kami ancam, kalau Anda tidak mengirimkan batubara baik, kita biarkan labuan ini mati,biar DPR tahu, jadi tahu siapa yang salah. Ternyata supplier mau mengirim kalau kita tegas," tegasnya.
Belajar dari pengalaman tersebut, Dahlan menyadari betapa pentingnya laboratorium pengontrol pasokan batubara agar tidak bisa ditipu lagi oleh para supplier. Dahlan bahkan mengaku dirinya siap membobol ruangan untuk memenuhi kebutuhan akan laboratorium pengontrol pasokan batubara.
Ditargetkan laboratorium tesebut akan resmi beroperasi pada Mei 2010 mendatang. Pembangunan laboratorium tersebut dimaksudkan untuk mengontrol kualitas pasokan batubara.
"Kalau ada laboratorium ini maka kita bisa mengontrol batu bara yg sesuai dengan mesin. Namun waktu say minta lahan, katanya gak ada buat lapangan untuk pembangunannya. Saya bilang gunakan ruang GM (General Manager) untuk lab karena saya yakin ini yang bisa mengendalikan batubara yang masuk. Jadi, kalau saya terbunuh tolong Bapak (anggota DPR) lanjutkan," pungkas Dahlan.
(nia/qom)