"Dia selalu berpikir untuk kebaikan Indonesia. Saya sendiri telah merasa kehilangan salah satu soko guru ekonomi politik," ujar teman dekat Hadi, Harry Tjan Silalahi yang juga bersama-sama mendirikan CSIS ketika ditemui di Gedung CSIS tempat persemayaman Hadi Soesastro, Jakarta, Selasa (4/5/2010).
Harry mengatakan, sosok Hadi Soesastro merupakan pencetus perubahan era Orde Lama menjadi Orde Baru. "Pemikiran di Orde Lama diganti olehnya menjadi Orde Baru bahkan hingga reformasi," katanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"CSIS satu-satunya lembaga policies studies keenam di Asia dan termasuk ke-36 lembaga policies di dunia yang diakui. Hadi Soesastro mempunyai andil besar dalam capaian ini," kata Harry.
Pemikiran Hadi, menurut Harry, yakni fokus terhadap pembangunan ekonomi yang berorientasi kepada rakyat.
"Rakyat selalu jadi obsesinya, dan Hadi memang penganut pluralisme dalam ketatanegaraan demokrasi, dia percaya Indonesia dapat berperan penting suatu saat bagi dunia dan asia," ungkapnya.
Harry juga mengungkapkan, sejak tahun 1971 CSIS dibentuk, Hadi Soesastro bersama-sama dengan teman sejawatnya membuat semboyan Nalar Ajar Terusan Budi.
"Yang artinya, nalar berpikir dan mengajar adalah konsekuensi budi yang luhur. Tanpa mengajar dirinya merasa sangat kekurangan," cetusnya.
Hadi saat ini juga menjabat sebagai salah soerang perwakilan Indonesia dalam ASEAN Plus Theree dan sebagai Chairman Of The Expert Team To Assist Minister Of Finance RI. Selain itu Hadi menjadi member Academic Advisory Council of The Newly Established Economiv Research Institute For ASEAN and East Asia (ERIA).
Hadi Dimata Istri dan Anaknya
Selain pekerja keras, Hadi Soesastro ternyata merupakan salah satu kolektor musik-musik klasik dan film-film klasik.
"Kesukaannya musik klasik, opera, dan film kuno, hampir semua dia punya," tutur istri Almarhum, Janti Solihin ketika ditemui wartawan.
Janti mengungkapkan, rumah seharusnya menjadi tempat istirahat, namun ternyata hal ini tidak berlaku bagi Hadi.
"Sampai di rumah dia meneruskan pekerjaannya di depan komputer untuk meneliti. Selain itu, dirinya kadang sampai tertidur di meja kerjanya," jelasnya.
Perihal kepergian Hadi untuk selamanya, Janti mengaku dirinya tidak memiliki firasat apapun. "Saya tidak mendapatkan firasat apapun," ungkapnya.
Janti mengatakan, almarhum termasuk orang yang gila bekerja karena kesehariannya tidak pernah lepas dari pekerjaannya.
"Dia pagi-pagi ke kantor, sambil terima tamu dia mengurusi pekerjaan di kantor. Kemudian pulang atau makan siang bersama di luar, lalu pulang ke rumah mulai kerja lagi di depan komputer," tuturnya.
Putera kedua Hadi mengatakan almarhum merupakan sosok yang memberikan kebebasan pada anaknya untuk menekuni bidang yang ingin digeluti. Hadi tidak pernah memaksa putera-puteranya untuk mengikuti jejaknya menjadi ekonom.
"Bapak orang yang sangat dorong untuk melakukan yang terbaik. Dia mendorong anaknya untuk mencari kemauan sesuai minatnya," ujar putera kedua almarhum Hariadi Iskandar mahasiswa jurusan Teknologi Informasi di Australian National University (ANU).
(dru/dnl)