45% Investasi Asing di RI Terkonsentrasi di DKI Jakarta

45% Investasi Asing di RI Terkonsentrasi di DKI Jakarta

- detikFinance
Jumat, 23 Jul 2010 10:35 WIB
Jakarta - Investasi asing di Jakarta mencapai 45% dari total investasi asing secara nasional. Dengan investasi ini, DKI Jakarta memiliki potensi untuk menjadi kota internasional.

"DKI Jakarta memiliki potensi untuk menjadi kota internasional, diantaranya adalah tingginya investasi asing di Jakarta yaitu sebesar 45% dari total investasi asing secara nasional," ujar Menteri PPN/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana dalam Diskusi Nasional Pembangunan Ibukota Jakarta dalam Perpekstif Nasional, di kantornya, Jalan Diponegoro, Jakarta, Jumat (23/7/2010).

Selain jumlah investasi yang besar pada DKI Jakarta, Armida menyatakan DKI Jakarta berpotensi menjadi kota internasional dengan adanya gerbang masuk dan keluar utama yaitu Bandar Udara Soekarno Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok serta institusi pendidikan kelas dunia, rumah sakit bertaraf internasional, dan kantor-kantor pusat perusahaan multinasional.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, lanjut Armida masih banyak tantangan yang perlu diperhatikan agar Jakarta menjadi salah satu kota internasional. Ketersediaan energi terbatas, merupakan hal utama yang masih perlu diselesaikan untuk peningkatan daya saing.

"Untuk dapat berkompetisi dengan kota-kota internasional, kota-kota di Indonesia harus menjadi kota dengan sektor kegiatan ekonomi utama pada perbankan dan jasa, memegang peranan penting dalam rantai aktivitas ekonomi dunia, serta memiliki spesialisasi produksi di bidag tertentu, tentunya dengan didukung oleh infrastruktur yang memadai," jelasnya.

Armida menggarisbawahi sambutannya pembangunan jalan tidak serta merta mengatasi permasalahan di Jakarta yang berpotensi sebagai kota internasional ini. Pembangunan yang diharapkan bisa terealisasi sesegara mungkin adalah angkutan publik yang terintegrasi dengan daerah-daerah lain dan drainase khusus kota metropolitan.

"Untuk sistem metropolitan, drainase sudah lain, yang sudah seperti kota sendiri. Kalau mau jadi megapolitan dan metropolitan, harus ke arah kesana. Angkutan publik juga perlu diperhatikan, masa kita ke kantor sampai 2 jam, itu kan doesn't make sense," tandasnya.

 

 

(nia/dro)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads