"Tahun 1985-86 kita ngajarin China budidaya udang. Waktu itu China tambaknya masih tradisional masih pakai kotoran manusia. Kalau sekarang China jadi produsen udang terbesar di dunia, kita kalah," kata Dirjen Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan Made L. Nurdjana di sela-sela acara Indonesian Aquaculture, Bandar Lampung, Selasa (5/10/2010).
Padahal kata dia, di beberapa lokasi sentra udang di China proses budidaya udang hanya berlangsung 6 bulan dalam satu tahun karena faktor iklim. Sementara Indonesia justru memiliki keunggulan iklim yang bisa dibudidayakan sepanjang tahun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Thailand, kita pun mengajar di sana," katanya.
Made menjelaskan mengapa China dan Thailand lebih kuat produksinya dibandingkan dengan Indonesia karena di negara tersebut semua proses budidaya udang dilakukan secara intensifikasi dan rasa ingin tahu para petambak udangnya sangat tinggi meski berskala kecil.
"Misalnya di Thailand walaupun tambaknya tradisional tapi sistem perawatannya super intensif," jelasnya.
Kementerian Kelautan dan Perikanan menargetkan pada tahun 2014 Indonesia bisa memproduksi 699.000 ton udang atau naik dari produksi tahun 2010 ini yang diproyeksikan hanya 400.000 ton. Indonesia menghasilkan dua jenis udang budidaya di antaranya udang windu dan udang vaname.
(hen/dnl)