Pembongkaran paviliun Indonesia itu harus dilakukan setelah Shanghai Expo yang berlangsung sejak 1 Mei berakhir pada 31 Oktober 2010. Beberapa provinsi di China sempat berniat membeli bangunan paviliun Indonesia tersebut namun belum ada kejelasan.
"Memang dikontraknya dibongkar, waktu awal dibangun," kata Sekjen Kementerian Perdagangan Ardiansyah Parman di kantornya Jl. Ridwan Rais, Jakarta, Senin (1/11/2010).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ardiansyah menambahkan jika memang harus dibongkar maka setidaknya memerlukan biaya tersendiri untuk proses pembongkaran tersebut. Namun kata dia, masing-masing negara harus segera membersihkan paviliunnya dengan cara apapun termasuk membawa pulang materialnya atau pun menjualnya.
"Kecuali Saudi Arabia, yang sejak diawal dihadiahkan (ke China)," katanya.
Menurutnya penganggaran biaya World Expo US$ 20 juta menggunakan anggaran negara yang masuk dalam katagori belanja barang. Jika memang paviliun tersebut akan dijual maka dananya akan dikembalikan ke APBN.
"Kalau dijual ya masuk ke APBN," katanya.
Terlepas dari itu, menurut Ardiansyah pihak penyelenggara yaitu China sangat diuntungkan dengan adanya acara World Expo. China diuntungkan karena selain mendapatkan devisa, sektor riil di negeri Tirai Bambu tersebut turut terangkat.
"Penyelenggara (China) itu malaj dapat untung, kontraktor nggak boleh dibawa (dari negara asal), barang-barang yang dibangun harus dibeli di China. Pinter dia mengelolanya hebat," katanya.
Ia berkeyakinan penyelenggaraan World Expo di Milan Italia, lima tahun mendatang tak akan seheboh di China. Pasalnya, China sangat terkenal menyelenggarakan acara dengan skal besar dan meriah.
Selama 6 bulan berlangsung, paviliun Indonesia di World Expo memecahkan rekor dikunjungi pengunjung terbayak dengan jumlah 8,15 juta orang atau melampau dari target 3 juta orang. Selain itu Indonesia mendapatkan penghargaan medali perunggu untuk paviliun katagori A (ukuran besar dibangun sendiri.
Peringkat pertama mendapatkan medali emas diperoleh Arab Saudi dengan luas pavilun 6000 M2, biaya pembangunan dan penyelangaraan US$ 380 juta dan diikuti Jepang dengan luasan yang sama mendapat medali perak, biaya pembangunan dan penyelanggaraan US$ 140 juta.
Menurut Ardianyah keberhasilan Indonesia menggelar World Expo tidak terlepas dari dukungan semua pihak termasuk BUMN dan swasta. Misalnya ia mencontohkan keberhasilan pojok Warung Enak di paviliun laris diserbu pengunjung.
Misalnya selama penyelenggaraan setidak terjual 30.000 porsi nasi goreng, 350.000 tusuk sate ayam, mie ayam dan lain-lain.
"Sehingga penjualannya sampai US$2,7 juta," katanya.
(hen/qom)