BI Optimistis Inflasi Inti 2011 Tak Lebih Dari 5%

BI Optimistis Inflasi Inti 2011 Tak Lebih Dari 5%

Herdaru Purnomo - detikFinance
Jumat, 07 Jan 2011 14:23 WIB
BI Optimistis Inflasi Inti 2011 Tak Lebih Dari 5%
Jakarta - Bank Indonesia (BI) optimistis inflasi inti (core inflation) di 2011 tidak akan melampaui angka 5%. Bank sentral mengungkapkan secara keseluruhan inflasi 2011 akan sedikit meningkat namun masih berada di kisaran 5% plus minus 1%.

Demikian disampaikan Direktur Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Perry Warjiyo kepada wartawan di Gedung Bank Indonesia, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Jumat (7/1/2011).

"Memang kita kan melihat inflasi 2011 akan sedikit meningkat. Tetapi jika dilihat inflasi inti kemarin yaitu 4,3% itu masih ukuran rendah dan terkendali," ujarnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Khusus untuk tahun 2011, Perry menegaskan inflasi inti tidak akan lebih diatas 5%. Termasuk dengan perhitungan ketika ada pembatasan penggunaan BBM bersubsidi, kenaikan harga beras dan pupuk.

"Inflasi inti di 2011 tidak akan lebih dari 5%. Nah untuk BBM itu nanti pengaruhnya pada administer price dan untuk kenaikan harga beras dan pupuk itu ke volatile food, jadi tidak akan berpengaruh ke inflasi inti," papar Perry.

Lebih lanjut Perry mengatakan, yang justru akan mempengaruhi inflasi inti adalah kenaikan ekspektasi inflasinya. Bank sentral terus mencermati ekspektasi inflasi sehingga tidak akan mempengaruhi inflasi inti tersebut.

Menurutnya, harga komoditas yang masih dan akan mengalami kenaikan yaitu beras, gula, gandum dan terutama harga minyak.

"Namun BI confidence dengan kenaikan tersebut karena nilai tukar rupiah masih terkendali dimana terjadi apresiasi. Imported inflation juga masih terkendali, justru ekspektasinya saja yang mesti dijaga," terangnya.

Perry juga mengatakan, fluktuasi nilai tukar rupiah ini dimana terjadi apresiasi memang dapat mempengaruhi ekspektasi inflasi. Oleh karena itu Perry mengungkapkan BI akan terus menjaga rupiah di tingkat kestabilannya. Karena, Perry mengatakan adanya volatilitas rupiah akan mempengaruhi ekspor dan impor kedepan.

"Kedepan BI bersama pemerintah terus bekerjasama akan lebih fokus untuk mengendalikan volatile food agar tidak mengganggu ekspektasi yang bisa menyebabkan inflasi inti naik," pungkasnya.

(dru/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads