"Pada Maret April mereka (produsen) sedikit menaikkan harga tergantung produsennya masing-masing. Dugaan saya kenaikannya 5-10% dari harga sekarang ini per kartonnya Rp 40.000-50.000," kata Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Industri Pangan Indonesia (Aspipin) Boediyanto saat dihubungi detikFinance, Kamis (3/3/2011)
Ia menjelaskan, naiknya harga mie instan ini didorong lonjakan harga terigu akibat naiknya harga gandum pada awal tahun 2011. Saat ini harga gandum dunia berada di rentang US$ 370-450 per metrik ton.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena produsen tak bisa menahan lagi, Maret-April ini mereka menaikan harga, menurut saya itu wajar" katanya.
Menurutnya, kenaikan harga mie instan kali ini merupakan yang pertama di 2011. Pada tahun 2010 lalu tak ada kenaikan harga mie instan sementara pada tahun 2009 sempat ada kenaikan harga 5%.
Boediyanto mengatakan, sebelumnya harga eceran mie instan per bungkusnya Rp 1.000-1.300, jika ada kenaikan marga harga mie instan di pasaran akan mencapai Rp 1.100-1.500 per bungkus.
Ia juga mengatakan, sudah ada beberapa produsen mie instan yang mencoba mengimbangi daya beli masyarakat dengan mengurangi ukuran mie dan bumbu. Boediyanto menggarisbawahi, yang terpenting produsen transparan menyebutkan ukuran sesungguhnya di dalam kemasan, sebab jika tidak, hal ini sama saja membohongi konsumen.
"Saya sayangkan kalau ada hal yang seperti itu," katanya.
Kenaikan ini diserahkan kepada para produsen masing-masing termasuk besarannya. Saat ini Aspipin membawahi kurang lebih 25 produsen termasuk mie instan di dalam negeri.
Kenaikan harga dalam industri mie instan selama ini sangat memperhitungkan daya beli masyarakat dengan pertimbangan matang karena menyangkut pasar dan daya beli.
"Jadi tak ada kaitannya dengan asosiasi, sebab itu bisa melanggar prinsip persaingan usaha," jelasnya. (hen/ang)