"Besar totalnya 30 juta dollar Australia dalam bentuk hibah di bawah kerjasama Australia Indonesia," kata Regional Coordinator for Nusa Tenggara AusAID Daniel Hunt di lokasi lahan kacang Tanah Desa Tempos, Lombok Barat, Kamis (17/3/2011).
Daniel menjelaskan total hibah itu telah dikucurkan untuk program 2008-2010 yang merupakan bagian proyek smallholder agribusiness development initiative (SADI). SADI merupakan program untuk meningkatkan kualitas hidup petani kecil di daerah pedesaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menjelaskan, khusus untuk program kemitraan dan bantuan teknis kepada petani kacang tanah di NTB yang digarap bersama IFC World Bank dan GarudaFood, menjadi salah satu program yang tersukses dengan tingkat keberlanjutannya sangat tinggi. Ia berharap bantuan pendampingan teknis kepada para petani kacang tanah bisa terus dilakukan oleh GarudaFood sebagai mitra IFC dan AusAID.
"Pada proyek kacang tanah ini AusAID sumber dana terbesar, kami berikan kepada IFC, pelaksanaanya adalah IFC," jelasnya.
Operations Officer International Finance Corporation (IFC) Advisory Services Agribusiness Linkages Rahmad Syakib menambahkan bantuan teknis oleh AusAID dan IFC berbentuk dalam studi pertanian kacang tanah di NTB, pelatihan petugas lapangan dan petugas penyuluh GarudaFood.
Seperti diketahui, sejak 2007 International Finance Corporation (IFC) anggota kelompok Bank Dunia (World Bank), bersama AusAID dan GarudaFood menggandeng kemitraan bersama 8000 petani kacang tanah di NTB. Kemitraan ini dalam rangka meningkatkan produktivitas lahan pertanian kacang tanah.
IFC bersama Kemitraan Australia Indonesia (AusAID) membantu GarudaFood untuk membina petani kacang tanah diantaranya dalam hal mata rantai persedian kacang tanah. GarudaFood juga melalui program ini telah berhasil meningkatkan produksi kacang tanah petani hingga 30% dengan tingkat pendapatan petani per hektar Rp 3,9 juta per hektar per tahun.
(hen/ang)