Importir Sapi RI Tuding Australia Mengeneralisir Kekerasan Sapi

Importir Sapi RI Tuding Australia Mengeneralisir Kekerasan Sapi

- detikFinance
Senin, 30 Mei 2011 19:53 WIB
Jakarta - Pelaku usaha importir sapi menuding pihak Australia terlalu mengeneralisir kasus temuan pemotongan sapi yang tak berbasis kesejahteraan hewan. Bahkan isu yang digulirkan oleh LSM maupun asosiasi di Australia ini cenderung politis.

Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot Indonesia (Apfindo) Joni Liano mengatakan pihaknya hingga kini belum mendapat konfirmasi soal penghentian sementara pengiriman sapi bakalan dari Australia ke Indonesia.

"Belum ada, itu kan LSM disana, yang terkait kesejahteraan hewan jadi mereka menyuarakan, karena dianggap kita tidak melakukan kesejahteraan hewan, itu politik dalam negeri mungkin tujuannya perdagangan, mereka tidak happy dikirim (sapi hidup) ke Indonesia. Mungkin dia maunya daging yang dikirim, mau dipotong di sana," katanya kepada detikFinance, Senin (30/5/2011).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mengatakan saat ini para anggotanya sudah mengedepankan proses kesejahteraan hewan mulai dari tahap distribusi di kapal, kandang, proses penggemukan hingga penyerahan ke Rumah Potong Hewan (RPH). Bahkan kata dia, dari 112 RPH anggotanya sebanyak 90% sudah menggunakan Restraining Box yang bisa mencegah kekerasan pada sapi saat akan dipotong tanpa harus membanting sapi.

"Persoalannya yang tidak memanfaatkan, itu diambil gambarnya oleh Australia, mereka mengeneralisir tidak menerapkan kaidah kesejahteraan hewan. Sebanyak 10% itu yang diambil gambarnya mereka mengeneralisir," jelasnya.

Joni juga menegaskan konsep kaidah kesejahteraan hewan sudah dilakukan oleh anggotanya yang berjumlah 20 perusahaan. Hal ini tak terkait dengan desakan LSM maupun asosiasi kesejahteraan hewan di Australia.

Menurutnya saat ini realisasi impor sapi bakalan sudah mencapai 260.000 ekor sapi dari kuota impor sapi bakalan tahun ini 600.000 ekor. Berdasarkan perkiraan kebutuhan daging sapi 2011 mencapai 506.000 ton dari jumlah itu diperoleh dari impor 600.000 ekor sapi impor dan 72.000 ton daging sapi, sisanya dari lokal.

"Yang penting diwaspadai juga, dahulu Australia mau bantu swasembada sapi. Populasi sapi kita belum cukup sehingga perlu dukungan dari Australia agar sapi lokal tak terkuras. Kalau mau stop ekspor sapi, ancaman swasembada sapi," katanya.

Seperti diketahui otoritas eksportir ternak hidup Australia, LiveCorp mengaku telah memberitahukan kepada otoritas industri Indonesia untuk penghentian suplai sapi ternak Australia ke tiga tempat pemotongan hewan itu.

"Kekejaman terhadap binatang-binatang Australia jelas tidak bisa diterima," ujar chief executive LiveCorp, Cameron Hall dalam pernyataannya seperti dikutip dari AFP.

"Strategi keselamatan hewan-hewan kami difokuskan untuk menjamin sapi ternak kami hanya disuplai ke fasilitas-fasilitas di mana rantai suplai memenuhi standar keselamatan hewan global," tambahnya.
(hen/dnl)

Hide Ads