Hal ini disampaikan oleh Wakil Ketua DPD Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Sumatera Utara Elianor Sembiring kepada detikFinance, Rabu (8/6/2011)
"Ini harga daging sudah kacau, sudah ada kenaikan 20% mulai 2 hari lalu," katanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Habis nggak ada, biasanya mereka (pedagang) tinggal datang ke pengimpor sapi," katanya.
Ia mengatakan jika ini terus berlanjut maka akan terjadi pengurasan (pengurangan) populasi sapi lokal. Pasalnya, sebagian peternak di Indonesia umumnya memelihara sapi sebagai tabungan.
"Kalau sudah begini mau tak mau nanti swasebada daging akan terhambat, ada pengurusan sapi besar-besaran. Bagaimanapun masyarakat menganggap ternak sapi sebagai tabungan kalau harga bagus mereka jual, termasuk betina produktif," ucapnya.
Selain berimbas pada pengurasan populasi sapi lokal, dampak lainnya adalah akan bertambahnya kuota impor daging beku termasuk dari Australia. Hal ini akan semakin membuat Indonesia terus ketergantungan dengan daging dan sapi dari Australia.
Diberitakan sebelumnya, pemerintah Australia menghentikan semua ekspor ternak hidup ke Indonesia selama enam bulan kedepan. Langkah ini diambil setelah kemarahan publik setelah menyaksikan video penganiayaan sapi di salah satu tempat jagal dalam negeri.
Menteri Pertanian Australia Joe Ludwig mengatakan, perdagangan ternak ke Indonesia yang selama ini bernilai 318 juta dollar Australia atau sekitar Rp 2,9 trilun per tahun.
(hen/dnl)