Menteri Pertanian Suswono mengatakan memilih mengekspor beras medium karena harganya tinggi di pasa luar dan sedikit dikonsumsi di dalam negeri. Kebanyakan masyarakat Indonesia lebih memilih beras medium yang harganya relatif lebih murah.
"Sekali lagi ini kan pasar bebas, orang mau makan kan terserah mau makan beras yang mana. Itu kan tergantung masyarakat, sedangkan kebayakan kita termasuk petani-petani kita ini kan makan beras medium," katanya di kantor menko perekonomian, Rabu (3/8/2011).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ya ini kan beras premium. Beras premium ini kan beras mahal. Anda tahu di Korea Selatan, beras sekilo bisa Rp 40-50 ribu. Jadi harga beras kita itu termasuk murah apalagi untuk premium. Unuk premium kan bisa 10 ribu itu sudah bagus," tuturnya.
Ia pun mencetuska ide untuk lebih banyak memproduksi beras premium untuk diekspor.
"Mungkin saya sedang berpikir ke depan, petani-petani yang lahan nya sempit ini ada bagusnya kalau harga bagus di luar bisa buat beras organik atau beras premium tadi bisa diekspor. Untuk kebutuhan makan bisa membeli beras medium," usulnya.
Suswono menambahkan, untuk ekspor beras premium dari Sulawesi Selatan, soal waktunya diserahkan kepada provinsi tersebut untuk memilih waktu yang tepat mengekspor beras.
"Sejauh mereka punya stok silakan saja. Setelah hasil rapat ini, saya akan bilang gubernur Sulawesi Selatan, tentu mereka akan melakukan transaksi karena dia meminta sekarang kan berarti dia udah punya stok logikanya begitu," imbuhnya.
Sementara itu Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan bahwa Sulawesi Selatan memiliki potensi beras premium untuk ekspor.
"Kita masih menjajaki karena permintaan itu dari Korea Selatan sekitar 50.000. Sedang kita evaluasi final, ada pasar lah di situ. Ini permintaan Gubenur Sulawesi Selatan ke Menteri Pertanian, nanti kita bahas," kata Hatta.
Hatta menyampaikan, Provinsi Sulawesi Selatan memiliki ketersediaan beras sampai dengan 200.000 ton. Namun, Hatta menyampaikan tidak akan melepas semua untuk ekspor.
"Melaporkan ada permintaan dari Gubernur Sulawesi Selatan kepada menteri pertanian mereka punya 200.000-an ton, tapi tentu kita tidak ingin melepas sebanyak itu," ujarnya.
Hatta menambahkan, pemerintah ingin menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia dapat menyediakan pasokan pangan yang cukup, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, tetapi juga untuk menyuplai kebutuhan negara lain.
"Kita ingin menunjukkan bahwa Indonesia berpotensi ke depan sebagai suplai tidak hanya negeri kita saja, tapi juga yang disebut feed the world itu juga bisa kita lakukan gitu loh," bungaunya.
Di sisi lain, Indonesia masih saja terus mengimpor beras dari luar negeri. Rencananya Indonesia akan mengimpor lagi beras dari Vietnam sebesar 500.000 ton.
Untuk masalah impor beras, Hatta hanya mengingatkan, beras yang didatangkan dari negara mana pun hanyalah semata-mata untuk memenuhi cadangan beras dalam negeri.
"Impor beras itu untuk meningkatkan cadangan kita ya, sudah sering kita sebutkan. Impornya itu bertahap, disesuaikan dengan cadangan kita," kilahnya.
Hatta juga mengingatkan, saat ini hampir semua negara juga melakukan impor bahan pangan termasuk beras. Hal tersebut karena perkiraan iklim tahun depan yang akan menghadapi El Nino.
"Dunia sekarang juga masing-masing negara meningkatkan cadangannya, berjaga-jaga. Antisipasi perubahan iklim tahun depan ingat, sudah diingatkan BMKG, tahun depan terjadi El Nino," imbuhnya.
(ade/hen)