Pertamina akan Sewa Tanker Tua US$ 48,9 Juta
Kamis, 05 Agu 2004 15:40 WIB
Jakarta - Belum lepas dari ingatan, saat Pertamina menjual dua unit tanker raksasa jenis very large crude carrier (VLCC) yang memicu pro kontra. Kini, perusahaan minyak plat merah itu justru berniat menyewa sebuah tanker berusia 16 tahun senilai US$ 48,9 juta untuk kurun waktu 5 tahun. Kapal tanker tua dengan bobot mati 248.049 DWT tersebut harga sewanya dibandrol US$ 26.800 per hari. Rencana anyar Pertamina itu tentu kembali menyulut gonjang-ganjing. Bukan hanya soal harga yang terlalu tinggi untuk sebuah tanker uzur, tapi juga melihat kebutuhan Pertamina di masa mendatang. Sebenarnya, lebih efisien bagi Pertamina untuk memiliki tanker raksasa sendiri mengingat saat ini kebutuhan tanker Pertamina cukup besar. Selain itu, di masa mendatang, harga sewa tanker diperkirakan juga akan makin tinggi seiring adanya peningkatan suplai minyak dari negara-negara anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC). Sementara, stok tanker dimiliki Pertamina saat ini sangat minim.Padahal saat menjual dua tanker raksasa produksi Hyundai Heavy Industries (Korsel) tersebut, Pertamina hanya mendapat bayaran dari Frontline sebesar US$ 184 juta. Kalau dikonversi untuk biaya sewa tanker, tentu jumlah itu hanya cukup untuk menyewa empat tanker.Padahal, sudah jadi rahasia umum kalau kondisi keuangan Pertamina saat ini tengah morat-marit. Makanya, guna menambal cash flow Pertamina, salah satu langkah yang ditempuh direksi adalah dengan melego kedua tanker yang masih dirakit di Korea Selatan itu.Hal itu tentu menjadi pertanyaan besar bagi sejumlah kalangan. Menurut Ketua Masyarakat Profesional Madani (MPM), Ismed Hasan Putro, Kamis (5/9/2004), selain biaya sewa tanker itu dinilai terlalu mahal, sebenarnya lebih menguntungkan bagi Pertamina untuk memiliki tanker sendiri."Seharusnya Pertamina punya keuntungan yang lebih besar kalau memiliki kapal tanker sendiri. Apalagi tanker yang dimiliki Pertamina masih baru. Jadi sangat tragis kalau seharusnya bisa memiliki sendiri, Pertamina lebih memilih untuk menyewa dan kerugian ini sebetulnya sudah kami prediksi," tutur Ismed kepada detikcom.Ismet juga menambahkan, rencana menyewa VLCC itu juga menunjukkan adanya langkah yang tidak benar dari direksi dan komisaris Pertamina. "Ini akal-akalan saja. Mereka ngotot jual VLCC walaupun seluruh fakta menunjukkan penjualan tersebut merugikan. Saya melihat Pertamina akan dirugikan dan langkah tersebut hanya menguntungkan komisaris dan direksi saja. Ini merupakan pengkhianatan terhadap negara," paparnya.Ditambahkan Ismed, pihaknya akan terus berupaya membuktikan adanya penyimpangan dalam penjualan tanker raksasa lewat kerjasama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). Untuk diketahui, MPM sebelumnya telah melaporkan kasus penjualan tanker Pertamina kepada kepolisian. Namun sayangnya, hingga kini belum ada perkembangan berarti terhadap laporan MPM tersebut.Sementara itu, pengamat perminyakan Kurtubi menambahkan, dalam hitungan jangka panjang, seharusnya Pertamina memiliki tanker sendiri mengingat kebutuhan impor minyak untuk kebutuhan dalam negeri akan semakin besar. "Jadi kalau dijual, saya melihat Pertamina hanya memperhitungkan perspektif jangka pendek saja. Makanya direksi harus berani menjelaskan pernyataan mereka yang sebelumnya menyebutkan harga sewa lebih efisien ketimbang biaya pemeliharaan tanker," ujar dia.Ia pun menegaskan, sebagai perusahaan migas nasional, Pertamina tidak bisa lepas dari bisnis perminyakan. Untuk itu, akan jauh lebih efisien bagi Pertamina jika memiliki tanker sendiri.
(ani/)