Ini Alasan Kenapa Tanah RI Diekspor Mentah-mentah ke China

Ini Alasan Kenapa Tanah RI Diekspor Mentah-mentah ke China

- detikFinance
Rabu, 25 Apr 2012 13:36 WIB
Jakarta - Ekspor bahan tambang seperti bauksit, bijih besi, dan nikel dianggap paling mudah untuk diekspor mentah-mentah layaknya 'Tanah Air' yang dijual, praktik ini paling banyak dilakukan ke China. Kenapa?

Pengamat Pertambangan yang merupakan mantan Direktur Eksekutif Asosiasi Indonesian Mining Association (IMA) Priyo Pribadi mengatakan, banyak investor China ternyata yang berada di belakang perusahaan tambang di Indonesia.

Kebetulan, China saat ini memang banyak membutuhkan nikel untuk bahan baku industri dalam negerinya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Perusahan-perusahaan nikel misalnya, yang mengajuakn izin IUP (izin usaha pertambangan) adalah lokal, tetapi dibelakangnya adalah investor luar yang mem-back up, permodalan dan operasional, yang paling banyak dari China karena butuh banyak nikel, jadi yang di depan Indonesia belakang China," katanya kepada detikFinance, Rabu (25/4/2012).

Para penambang dalam negeri mengekspor tanah mentah-mentah tanpa diolah terlebih dahulu karena memang tak ada larangan, selain itu ongkos produksinya lebih murah.

Pengusaha tambang nikel menolak UU Mineral dan Batubara (Minerba) yang mengamanatkan penghentian ekspor bahan tambang mentah. Sehingga pemerintah memberikan waktu transisi selama 5 tahun dari 2009-2014 sebagai perhitungan politik saja, bukan berdasar kajian mendalam.

Pengusaha enggan membangun pabrik pengolahan mineral atau smelter di dalam negeri karena terlalu banyaknya aturan yang kompleks. Apalagi smelter ini membutuhkan dukunga listrik besar.

Sementara sebagian besar tambang nikel berada di wilayah Indonesia Timur belum mendapat suplai listrik dengan kapasitas besar.

Dikatakan Priyo, jika ketentuan larangan sudah efektif di 2014, maka langkah selanjutnya tak semudah yang dibayangkan. Jika para perusahaan tambang tersebut didorong membuat smelter atau proses pengolahan mineral maka butuh dukungan yang kompleks. Saat ini para perusahaan tambang lebih memilih mengekspor mentah ketimbang jadi karena ada pertimbangan lain seperti biaya energi listrik yang mahal dan lain-lain.

Siapa yang salah?


(dnl/hen)

Hide Ads