Seperti dikutip dari situs Kementerian PU, Selasa (1/5/2012), sistem tersebut akan menyediakan data-data akurat kondisi struktur jembatan yang digunakan untuk pemeliharaan. Alat tersebut diresmikan oleh Menteri PU Djoko Kirmanto kemarin.
Sistem tersebut menggunakan 514 sensor, yang setiap saat mengirimkan informasi ke pusat data pengolahan. Sistem monitoring tersebut tidak saja berguna terkait pemeliharaan tetapi juga informasi mengenai kepadatan lalu lintas, tiupan angin, gempa dan curah hujan yang terjadi di jembatan senilai Rp 5,5 triliun tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara Djoko meminta agar perangkat dan sensor sistem pemantauan senilai Rp 100 miliar tersebut dicek kembali agar dapat menyediakan data yang akurat.
"Sekarang sistem monitoringnya sudah ada, hal penting lainnya ialah mengenai organisasi pengelola dan sumber daya manusia yang menjalankannya harus kompeten serta biaya operasionalnya," kata Djoko.
SHMS merupakan cara baru dalam mendeteksi kerusakan melalui metoda pengujian tak rusak dengan cara mengintegrasikan sistem dengan struktur jembatan. Teknologi ini dapat memperpanjang umur pelayanan jembatan, karena penurunan kemampuan (degradasi) dan kerusakan (deterioration) dapat dideteksi lebih awal.
SHMS ini juga diharapkan menjadi pusat studi atau Training Ground para Enggineering di bidang jalan dan jembatan di Indonesia. Para praktisi nantinya bisa memanfaatkan sarana tersebut untuk belajar dan memperdalam pengetahuannya tentang jembatan bentang panjang.
(ang/hen)