Amir Sidharta, kolektor dan pengelola lelang Sidharta Auctioneer mengatakan minimnya minat investasi lukisan di pasar Indonesia, padahal ada 3.000 pelukis aktif yang ada di Indonesia.
Menurutnya peluang investas lukisan di Indonesia relatif masih kecil. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, pertama nilai investasi pada lukisan berkurang karena minimnya tempat dialog para pelukis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu ia mangatakan, kurangnya minat masyarakat untuk menginvestasikan lukisan karena tak tahu nilai artistik dan nilai pada lukisan.
"Pemerintah harus ada kebijakan untuk investasi lukisan salah satunya dengan keharusan pemerintah mengontrol lukisan palsu. Jadi selama ini nilai investasi lukisan berkurang karena banyak lukisan palsu beredar," katanya.
Sidharta menuturkan pada 1997 merupakan puncak pelukis Indonesia mencapai kemakmuran. Ia mencontohkan lukisan Putu Wijaya yang terjual US$ 90.476. Kemudian pada 2008 dunia lukisan mengalami penurunan sangat tajam sekitar 80%.
"Kemudian bangkit kambali 2010 karena ada pengaruh dijual lukisan Pablo Picasso Rp 1 triliun, kemudian berimbas tahun 2011 bagaimana Affandi dengan lukisan Ayam Jago terjual sekitar Rp 4 miliar," katanya.
Saat ini puncaknya terjadi booming investasi lukisan di dunia, namun tak terjadi di Indonesia. "Perekonomian dan kemapanan suatu negara berperan besar terhadap naik turunnya harga lukisan," katanya.
(hen/dnl)