Begitu uraian yang dikatakan Pengamat Transportasi dari Universitas Atma Jaya Djoko Setijowarno. Menurut Djoko pembangunan monorel yang rencananya akan dibangun di Jakarta harus dikaji ulang.
"Pembangunan monorel harus dikaji ulang baik secara teknis maupun finansial (keuangan)," ungkap Djoko saat dihubungi detikFinance, Sabtu (27/10/2012).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di Singapura terdapat monorel yang menghubungkan kawasan wisata Pulau Sentosa dengan daratan Singapura. Penumpang dikenai tarif SG$ 3 untuk jarak kurang dari 3 kilometer," paparnya.
Selain Singapura, monorel Thailand juga diperlakukan sama. Dengan jalur sepanjang 2 km, monorel Thailand hanya berputar-putar di sekitaran kebun binatang Chiang Mai Zoo.
Djoko menuturkan, kota-kota di dunia tidak menganjurkan pembangunan monorel sebagai angkutan massal perkotaan. Kecuali, untuk kota yang menjadi daerah wisata, seperti Las Vegas, Amerika Serikat. Bahkan monorel di Malaysia sepanjang 9 kilometer juga saat ini tidak dikembangkan lagi,
Ada beberapa faktor mengapa monorel kurang cocok alias tidak ideal dikembangkan sebagai angkutan massal. Salah satunya adalah Kapasitas monorel terbatas, kecepatannya pun rendah. Selain itu, biaya pembangunan monorel masih terhitung mahal.
"Monorel sebagai angkutan massal harus dipikirkan ulang, biaya pembangunan mahal, kecepatan rendah dan daya angkut tidak besar. Perlu dipikirkan ulang dan matang untuk membangun monorel sebagai angkutan massal di Jakarta," tungkasnya.
(wij/ang)