Tahun Ke-2 Jadi Menteri, Dahlan Iskan Fokus Tata Ratusan Anak & Cucu BUMN

Tahun Ke-2 Jadi Menteri, Dahlan Iskan Fokus Tata Ratusan Anak & Cucu BUMN

- detikFinance
Selasa, 30 Okt 2012 12:00 WIB
Jakarta - Dahlan Iskan telah memasuki tahun kedua dirinya menjabat sebagai Menteri BUMN. Setelah fokus membenahi 140 BUMN (induk perusahaan) di tahun pertamanya menjadi Menteri, di tahun kedua ini Dahlan mengaku fokus mengatur anak usaha BUMN, cucu usaha BUMN, perusahaan patungan BUMN, hingga kerjasama operasi (KSO) BUMN yang jumlahnya banyak.

"Hal ini tujuannya supaya fokus tujuan pokok supaya anak dan cucu perusahaan terkendali. Jangan sampai sibuk dengan anak dan cucu sehingga tidak mengembangkan dirinya, juga mengurangi kerepotan karena mengurusnya terlalu banyak," tutur Dahlan usai rapim BUMN di Kantor Pusat PT Permodalan Nasional Madani (PMN), Jalan Jend. Sudirman, Jakarta, Selasa (30/10/2012).

Pada rapat pimpinan Kementerian BUMN hari ini, Dahlan membeberkan rencana pengaturan anak dan cucu usaha BUMN. Pembahasan kali ini, setidaknya ada 10 BUMN strategis yang dibahas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Industri strategis akan banyak menerima anggaran dari negara, kemudian dapat anggaran tetapi tidak efisien karena mengurusi anak perusahaan," tambahnya.

Mantan Dirut PLN ini menegaskan, pertemuan selanjutnya juga akan membahas ratusan BUMN yang memiliki anak dan cucu usaha, serta perusahaan kerjasama dan kerjasama operasi (KSO).

Pada pertemuan kali ini, setidaknya ada 10 BUMN strategis yang dibahas, seperti PT Krakatau Steel Tbk, PT Pindad, PT IKI, PT PAL, PT Dirgantara Indonesia, PT Dahana, PT Dok & Perkapalan Kodja Bahari, PT LEN, PT INTI, dan PT Boma Bisma Indra.

Dahlan mengatakan, PT Pindad memiliki anak usaha berupa rumah sakit. Selain itu, Dahlan meminta Pindad untuk keluar dari perusahaan patungan yang memproduksi suku cadang turbin karena menggangu fokus usaha Pindad.

"Pindad diminta keluar dari industri bahan peledak karena sudah diurus PT Dahana (BUMN), join venture dengan Dahana dihentikan. Pindad fokus pada industri kemeliteran yang banyak order supaya tidak repot," sanggahnya.

Selain Pindad, juga disebut Krakatau Steel yang mempunyai anak usaha tidak sesuai dengan bisnis inti. "Cucu perusahaan, minta ditinggalkan karena bisnis air dalam kemasan nggak ada hubungan dengan baja dan juga minta ditinggalkan misal berpatungan dengan pabrik pembuat meteran listrik. Jadi tidak boleh lagi (Krakatau Steel) terlibat dalam meteran listrik, tidak terlalu nyambung," cetus Dahlan.

(feb/dnl)

Hide Ads