Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perikanan dan Kelautan Yugi Prayanto mengatakan, karena tidak seriusnya pemerintah mendukung sektor perikanan dan kelautan, maka potensi penerimaan yang hilang dari sektor ini mencapai Rp 10-20 triliun.
Yugi mengatakan, Indonesia sangat berpotensi jadi produsen perikanan nomor satu di dunia. "Pasalnya, China yang memiliki luas perairan lebih kecil dari Indonesia saja sekarang menjadi produsen terbesar di dunia. Sementara Indonesia hanya mampu berada di posisi ke tujuh dunia," kata Yugi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Yugi, sektor kelautan masih belum mendapat perhatian dari para investor. Dengan masih besarnya pangsa investasi di darat, maka diperlukan upaya keras untuk menarik para investor terjun ke investasi maritim.
“Kita perlu mengembangkan sumber daya kelautan melalui investasi yang bersifat terpadu atau integrated investment. Ini dikarenakan permasalahan perikanan mempunyai spektrum yang luas. Secara vertikal dari hulu ke hilir, kita menghadapi permasalahan investasi dalam hal kemampuan penangkapan, penyimpanan dan pengawetan, permasalahan pengemasan, pengangkutan sampai pada pemasaran,” papar Yugi.
Untuk memperbaiki keadaan dan meningkatkan efektivitas, pemerintah harus lebih memperhatikan kebutuhan-kebutuhan yang ada di lapangan terutama bagi nelayan, misalnya dengan pengadaan cold storage dan Depo BBM di sekitar wilayah nelayan karena sering terjadi kelangkaan.
“Pemerintah juga harus terus melakukan upaya-upaya dalam peningkatan nilai tambah produk-produk keluatan dan perikanan, termasuk serius menyediakan infrastruktur yang dapat menarik investasi,” cetus Yugi.
(dnl/hen)