Jakarta -
Sudah pernah membayangkan Indonesia menjadi negara industrialis besar seperti Jepang dan Amerika Serikat? Potensi Indonesia menjadi negara industrialis besar sangat terbuka.
Pasalnya, sumber daya manusia (SDM) Indonesia cukup mumpuni untuk menciptakan sendiri barang-barang yang dibutuhkan. Disokong dengan sumber daya alam yang melimpah Indonesia seharusnya menjadi negara besar yang tidak perlu berpangku tangan pada impor.
Salah satu yang menjadi acuan dari pesat dan berkembangnya industrialisasi nasional adalah kemampuan putera-puteri bangsa dalam membuat alat transportasi. Dengan berbagai keterbatasan baik dana maupun prasarana ternyata bangsa Indonesia mampu menciptakan alat transportasi moderen seperti mobil, kereta api, kapal laut, pesawat hingga yang ramai diperbincangkan yaitu monorel.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut ini adalah alat transportasi 'Made in Indonesia' yang berhasil dihimpun detikFinance dari berbagai sumber, Kamis (21/2/2013).
Mobil Esemka merupakan mobil jenis SUV yang dibuat oleh siswa SMK Negeri 2 Surakarta. Mobil ini menjadi fenomena yang luar biasa dan digadang-gadang menjadi mobil nasional masa depan. Untuk membuat 1 unit mobil memakan waktu 4 bulan lamanya.
Hal itu karena para anak SMK masih manual dan belum secanggih mesin produsen mobil Jepang di Indonesia. Penggunaan mobil Esemka oleh Joko Widodo yang saat itu menjabat sebagai Walikota Surakarta telah membuat hingar bingar pemberitaan di tanah air.
Perbincangan tentang mobil Esemka yang dibuat dan dirakit siswa SMK Solo terus menjadi topik menarik. Munculnya mobil Esemka harus bisa dijadikan momentum untuk memproduksi mobil nasional. Harga juga bisa ditekan jika kandungan komponen lokalnya semakin tinggi, karena ketergantungan pada komponen impor semakin kecil.
Semakin kecil komponen impornya, akan menghilangkan ongkos berupa bea masuk. Pihak dari pengusaha juga melirik peluang usaha ini untuk memproduksinya dalam skala besar. Banyak juga pihak tertentu yang masih ragu apakah munculnya salah satu mobil nasional ini dapat bertahan lama dan berkelanjutan.
Seperti contoh, Indonesia pernah memiliki mobil nasional akuan yaitu mobil "Timor", tapi seiring waktu mobil nasional ini pun tidak bertahan lama dan akhirnya tenggelam juga.
Banyak orang mengetahui industri pesawat terbang tanah air mencapai puncak pada saat Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) didirikan. Tetapi saat ini tugas tersebut diemban oleh PT Dirgantara Indonesia (persero).
Pada awal hingga pertengahan tahun 2000-an Dirgantara Indonesia mulai menunjukkan kebangkitannya kembali, banyak pesanan dari luar negeri seperti Thailand, Malaysia, Brunei, Korea, Filipina dan lain-lain. Meskipun begitu, karena dinilai tidak mampu membayar utang berupa kompensasi dan manfaat pensiun dan jaminan hari tua kepada mantan karyawannya, DI dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada 4 September 2007.
Namun pada tanggal 24 Oktober 2007 keputusan pailit tersebut dibatalkan. Tahun 2012 merupakan momen kebangkitan Dirgantara Indonesia. Pada awal 2012 Dirgantara Indonesia berhasil mengirimkan 4 pesawat CN235 pesanan Korea Selatan.
Selain itu Dirgantara Indonesia juga sedang berusaha menyelesaikan 3 pesawat CN235 pesanan TNI AL, dan 24 Heli Super Puma dari EUROCOPTER. Selain beberapa pesawat tersebut Dirgantara Indonesia juga sedang menjajaki untuk membangun pesawat C295 (CN235 versi jumbo) dan N219, serta kerja sama dengan Korea Selatan dalam membangun pesawat tempur siluman KFX.
Saat ini PT DI siap melahirkan pesawat asli ciptaan sendiri pasca mandeknya proyek pengembangan N-250 dan N-2130. Dalam dua tahun ke depan, yakni di 2015, PT DI menargetkan bisa melahirkan pesawat multifungsi untuk mengangkut penumpang dan logistik yakni N-219. Pesawat berkapasitas 19 orang ini, merupakan pengembangan dari NC-212.
Digempur kedatangan kereta bekas asal Jepang, Indonesia masih patut bangga. PT Industri Kereta Api Indonesia (PT INKA) merupakan sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berdiri di 19 Agustus 1981 yang mampu membuat gerbong dan lokomotif kereta api.
PT INKA sebagai salah satu badan usaha milik negara terus mengalami perkembangan. Diawali pada tahun 1981 dengan produk berupa lokomotif bertenaga uap kini menjadi industri manufaktur perkeretaapian yang modern. Aktivitas bisnis INKA yang ada kini berkembang mulai dari penghasil produk dasar menjadi penghasil produk dan jasa perkeretaapian dan transportasi yang bernilai tinggi.
Transformasi bisnis yang dilakukan perusahaan mampu memberikan keberhasilan dan mendapatkan solusi terbaik untuk perbaikan transportasi kereta api. Dalam persaingan global, PT INKA mengembangkan berbagai jenis produk di bawah kendali sistem manajemen mutu ISO 9001 dan kemitraan global.
Bukti capaian terbaik PT INKA adalah perseroan ini membuat 2 rangkaian kereta ekonomi AC yaitu Bogowonto dan Gajah Wong. Selain itu perseroan juga berhasil memproduksi blueline sebagai kompetitor KRL bekas asal Jepang.
Terus berkembang, PT INKA melakukan joint venture dengan General Electric (GE) dalam memproduksi lokomotif. Selain untuk kebutuhan dalam negeri, produksi juga ditujukan untuk ekspor terutama ke Malaysia.
Saat ini PT INKA juga ditunjuk sebagai anggota konsorsium yang dipimpin oleh PT Adhi Karya. Konsorsium ini merupakan konsorsium para Badan Usaha Milik Negara yang direncanakan akan menggarap monorel di Jakarta setelah sukses dengan berhasil menciptakan bus TranJakarta gandeng yang dinamakan Inobus.
Walaupun terlihat lusuh, industri kapal laut Indonesia masih tetap bergerak. Dengan keterbatasan dana dan prasarana, PT Penataran Angkatan Laut (PAL) menjadi pioner penggerak industri kapal laut Indonesia. Lokasi Perusahaan di Ujung, Surabaya, dengan kegiatan utama memproduksi kapal perang dan kapal niaga, memberikan jasa perbaikan dan pemeliharaan kapal, serta rekayasa umum dengan spesifikasi tertentu berdasarkan pesanan.
Kemampuan rancang bangun yang menonjol dari PAL Indonesia telah memasuki pasaran internasional dan kualitasnya telah diakui dunia. Kapal-kapal produksi PAL Indonesia telah melayari perairan di seluruh dunia. Produksi kapal yang dihasilkan PT PAL antara lain KCR 60, Kapal Patroli Cepat 14 Meter, Kapal Patroli Cepat 28 Meter, Kapal Patroli Cepat 38 Meter, Kapal Patroli Cepat 57 meter NAV, tanker 17.500 LTDW, Tanker 24.000 LTDW dan Tanker 30.000 LTDW.
Monorel adalah alat transportasi moderen yang saat ini sedang hangat dibicarakan. DKI Jakarta sebagai ibukota ingin membangkitkan kembali tiang-tiang monorel yang telah lama tidak digunakan. Beberapa produsen ternama dunia sebut saja Hitachi (Jepang), Chongqing (China) dan Schumi (Malaysia) siap untuk mengambil proyek yang bernilai US$ 750 juta.
Tetapi siapa sangka, anak bangsa pun dapat memproduksi kendaraan berbasis trek layang ini. Sebuah perusahaan asal Bekasi, PT Melu Bangun Wiweka (MBW) di bawah komando putera Kuningan Jawa Barat Kusnan Nuryadi saat ini sudah berhasil menciptakan monorel buatan tangan anak bangsa.
Menurut pencipta sekaligus President Director PT MBW Kusnan Nuryadi, perusahaannya akan menjual monorel buatannya dengan harga Rp 100-150 mliar/km. Tidak hanya sekadar menciptakan monorel dengan tangan lokal, PT Melu Bangun Wiweka (MBW) juga telah mengembangkan monorel tanpa masinis.
Teknologi maju yang dikembangkan PT MBW ini mempunyai prinsip kerja pada OCC (operating Control Center). Ia juga menjelaskan, monorel PT MBW sudah dilengkapi dengan teknologi maju lainnya seperti pintu otomatis dengan sensor gerak dan terdapat pintu keselamatan jika terjadi sesuatu pada monorel. Monorel yang dikembangkan dan diproduksi oleh PT MBW bisa mengangkut penumpang 120-130 orang.
Halaman Selanjutnya
Halaman