Banyak Kekurangan, HIPMI Optimistis Indonesia Siap Masuk AEC 2015

Banyak Kekurangan, HIPMI Optimistis Indonesia Siap Masuk AEC 2015

- detikFinance
Kamis, 04 Apr 2013 15:21 WIB
Jakarta - Indonesia akan masuk pasar bebas Asean di tahun 2015 (Asean Economic Community). Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) mengatakan Indonesia mau tidak mau harus siap walaupun masih banyak kekurangan terutama sisi konektivitas.

"Konektivitas lokal masih bermasalah tetapi mau tidak mau kita harus siap dan yang menjadi perhatian, kita masih mendominasi pasar Asean. Kita  mampu bersaing dengan negara lain di Asean," ungkap Ketua HIPMI Raja Sapta Oktohari di Gedung HIPMI Jakarta, Kamis (4/04/2013).

HIPMI sendiri sudah melakukan perjalanan melihat potensi yang ada di semua negara Asean. Hasilnya Indonesia adalah kue yang besar yang siap bersaing dengan negara lain di Asean.

"Kesiapan kita menjalankan AEC 2015 sendiri, HIPMI  sudah keliling negara Asean. Negara lain sudah siap dan hasilnya kue besarnya ada di Indonesia," katanya.

Namun ia mewanti-wanti Indonesia agar jangan sampai Indonesia hanya dijadikan pasar oleh negara Asean lainnya.

"Ini sangat memungkinkan Indonesia hanya dijadikan pasar di AEC 2015 karena Indonesia mempunya 240 juta penduduk dan kita semua mengetahui bahwa Amerika dan Eropa sudah melirik Indonesia sebagai pasar. Tetapi kita tidak boleh takut. Indonesia melihat 240 juta. Faktanya hari ini banyak pengusaha daerah yang belum sadar terhadap AEC. Tetapi Indonesia masih mendominasi di Ekonomi Asean," tekannya.
2013 Jadi Tahun Politik, Ini Pesan HIPMI Untuk Pemerintah

Tahun 2013 adalah tahun politik dimana para pejabat pemerintahan membagi fokusnya antara pribadi dan negara. Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Raja Sapta Oktohari meminta pemerintah tetap fokus melakukan kerja walaupun harus membagi kepentingan pribadinya dengan negara.

"Sampai tahun 2014 pemerintah harus bisa fokus sampai akhir masa jabatannya. Pemerintah harus tetap menjalankan kewajiban negara.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia pun mengakui bahwa banyak pelaku ekonomi di Indonesia yang juga menjadi pelaku politik. Untuk itu harus ada gap yang dilakukan antara kepentingan politik dan ekonomi.

"Kita harus membuat garis tebal antara politik dan ekonomi. Tetapi satu hal kalo keputusan ekonomi bergantung politik itu sulit. Faktanya yang lain pelaku ekonomi di Indonesia juga pelaku politik," tegasnya.
(wij/ang)

Hide Ads