Terlebih, umrah yang setiap bulannya selalu ada jadwal penerbangan ke tanah suci. Namun, manakah yang paing menguntungkan, bisnis haji atau umrah?
Koordinator Pengembangan Usaha Asosiasi Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Jakarta Pauline Suharno menuturkan, berkecinampung di dunia bisnis travel haji dan umrah memang menyenangkan. Tak hanya keuntungan yang didapat, bisnis ini juga ikut membantu kaum muslim untuk menggapai cita-citanya menyentuh Ka’bah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pauline menjelaskan, untung besar pasti memiliki kendala yang juga besar. Misalnya saja, keterlambatan keluarnya visa atau ternyata maskapai penerbangan tiba-tiba cancel untuk bisa menerbangkan jamaah haji. Hal itu menjadi salah satu kendalanya, sementara waktu pemberangkatan haji tidak bisa diganti.
“Lebih ke visa nggak keluar. Dengan kendala yang seperti masalah visa yang nggak bisa berangkat, masalah pesawat juga, apalagi pemangkasan kuota, kendalanya banyak seperti itu,” katanya.
Sementara untuk bisnis umroh, walaupun margin profitnya kecil hanya 3-5%, namun bisnis ini selalu ramai peminat dan bisa dilakukan setiap bulan.
“Margin profit-nya 3-5% paling, selebihnya dari service fee. Setiap bulannya banyak yang berangkat. Pastinya itu segmen pasarnya sudah jelas. Apalagi warga Jakarta kan taraf penghidupannya sudah lumayan ya,” kata dia.
Saking banyaknya, ujar Pauline, pihak travel agen terpaksa memberangkatkan jamaah umrah lewat Malaysia jika jadwal penerbangan tidak bisa menampung semua jamaah.
“Apalagi yang dari Cengkareng itu banyak saking kekurangannya penerbangan ya yang dari Jakarta, itu teman-teman kita di Asita Jakarta banyak yang memberangkatkannya lewat Malaysia, jadi mereka dari Jakarta ke Malaysia, nah kemudian dari KL dilanjutkan ke Saudi karena saking terbatasnya penerbangan di Jakarta jadi nggak ke angkut semua,” ujarnya.
(ang/ang)