Panen sorgum ini terjadi di lahan seluas 200 hektar yang ditanam oleh PT Pertamina (Persero) dan PT Askes. Panen perdana sorgum ini dihadiri Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan dan Direktur Utama Askes Fahmi Idris.
Sorgum ini, kata Dahlan, dapat mengantikan nasi, sorgum bisa menjadi bahan pangan pokok, dapat dibuat tepung yang bisa diolah menjadi kue, mi, dan roti.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak hanya pangan, dari batang sorgum yang bisa diperas dan bisa dijadikan gula dan bioethanol. "Batang sorgum diperas airnya bisa menjadi dijadikan gula walau tidak semanis gula, bisa juga dijadikan bioethanol, dan bisa mencukupi kebutuhan bahan bakar 1.000 rumah tangga," ucap Dahlan.
Tidak hanya itu, batang perahan sorgum sendiri bisa dijadikan bahan pangan ternak. "Ampas ternaknya bisa untuk pangan ternak," kata Dahlan.
Dalam panen raya tersebut Dahlan mencoba berbagai macam olahan dari sorgum mulai dari kue kering, muffin, cendol, dan olahan lainnya dari bahan baku tepung sorgum.
Tidak hanya itu, Dahlan juga melihat pemanfaatan sorgum lainnya seperti bio ethanol, pembuatan kompor minyak yang nantinya menggunakan bahan bakar ethanol.
Ada punya pengolahan sorgum mulai dari batang hingga menjadi tepung yang mesinnya dibuat oleh anak-anak SMK di Atambua.
"Anak-anak SMK ini kita bawa ke Jakarta, kita didik, kita suruh bongkar mesin pengolah sorgum, suruh pasang lagi, bongkar lagi, digambar, disuruh buat mesinnya, setelah bisa semua, mereka kita kembalikan ke kampung halamannya dan minta buat mesin pengolah sorgum untuk daerahnya, jadi kalau ada yang rusak anak-anak SMK ini bisa perbaiki sendiri, jadi mesin bisa dibuat sendiri rusak baikin sendiri jadi tidak tergantung mesin-mesin impor," ujar Dahlan.
Setelah melakukan panen raya, Dahlan kemudian bergeser menuju daerah pedesaan di Atambua, disana dirinya mengecek peternakan sapi yang didanai Pertamina.
Pertamina melaksanakan program MP3D (Mitra Pertamina Penggerak Pembangunan Desa) Program yang dikhususkan untuk membangun desa tertinggal, perbatasan dan pasca konflik. Sasaran lokasi tersebut ditujukan untuk meningkatkan IPM (Indeks Pembangunan Manusia) di bidang ekonomi, kesehatan,pendidikan dan lingkungan.Melalui semangat pemberdayaan maka dilakukan kerja sama dengan dosen-dosen pengabdi masyarakat di Perguruan Tinggi yang tergabung dalam Flipmas (Forum Layanan Iptek untuk masyarakat).
Program kemitraan tersebut dibentuk di NTT sejak Desember 2012 bersama para sarjana S1/D3 dari daerah setempat yang diseleksi/direkrut kemudian ditempatkan/tinggal di lokasi desa binaan. Hingga tahun 2013 total nilai bantuan yang dilakukan sebesar Rp 15 miliar untuk 25 desa di 4 kabupaten di Nusa Tenggara Timur.
Kegiatan yang dilakukan berupa pelatihan untuk petani, peternak, nelayan, hingga pembangunan dan pemberian fasilitas pendukung kegiatan pelatihan dan fasilitas umum seperti posyandu, PAUD, bibit ikan, benih padi bersertifikat, penangkaran instalasi biogas, perpustakaan, rumah bersalin, dan lainnya.
(rrd/dnl)