“Ini salah satu bentuk aeromodel. Bentuknya mirip dengan pesawat asli, hanya lebih kecil,” kata Vincentius Haryo, salah seorang penggemar aeromodelling, di Jakarta, kemarin.
Haryo, yang berstatus mahasiswa di perguruan tinggi swasta di Jakarta ini, menggemari aeromodelling sejak masih duduk di bangku SMP. Sejak dulu laki-laki berusia 23 tahun itu memang menyukai dunia dirgantara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aeromodelling adalah hobi yang melibatkan replika pesawat terbang. Replika tersebut bisa statis (tidak bergerak) maupun yang dinamis yaitu terbang dengan pengendali jarak jauh. Terkadang model pesawat sangat menyerupai asilnya, hanya lebih kecil.
Dalam kategori ini, ada tiga jenis aeromodelling, yaitu terbang bebas (tanpa pengendali), terbang keliling (menggunakan kabel atau tali untuk pengendali), dan radio control. Para pehobinya menggunakan jenis pesawat atau helikopter mini. Penggerak pesawat dan helikopter mini ini adalah baterai atau bahan bakar khusus.
Hobi ini sudah cukup lama berkembang di Indonesia dan menjadi cabang yang dipertandingkan di Pekan Olahraga Nasional (PON). Menurut Harjanto Partosiswojo, Sekretaris Jakarta Aeromodelling Club, hobi aeromodelling sudah dikenal dan mulai populer di Indonesia sejak tahun 1970-an. “Penggagas hobi aeromodelling adalah orang-orang dari lingkungan Angkatan Udara, perusahaan penerbangan, atau sipil yang mencintai kedirgantaraan,” katanya.
Awalnya, lanjut Harjanto, belum banyak yang menggunakan remote control untuk menerbangkan pesawat model. “Teknologi masih terbatas, model yang diterbangkan banyak pesawat jenis glider atau bermesin menggunakan tali. Masih jarang yang menggunakan remote control,” tuturnya.
Kemudian teknologi terus berkembang, dan pada 1980-an semakin banyak penggemar aeromodelling di Indonesia. Bahkan satu-satunya stasiun televisi saat itu membuat program rutin yang khusus menayangkan hobi ini.
Di Indonesia, aeromodelling sudah diakui sebagai olahraga yag berada di bawah naungan Federasi Aero Sport Indonesia (FASI). Oleh karena itu, aeromodelling mulai dipertandingkan di PON sejak 1978. Saat ini ada 10 nomor aeromodelling yang dipertandingkan di PON yang terdiri dari tiga nomor terbang bebas, empat nomor terbang keliling, dan tiga nomor radio control.
Sebagian masyarakat menganggap aeromodelling merupakan hobi yang cukup mahal. Namun menurut Christianto Wong, pemilik toko Aerofly Hobbies, harga sebenarnya relatif.
“Kalau mau beli yang sudah ready to fly, harganya sekitar Rp 1,3 juta. Tapi kalau mau dituruti terus, ya memang bisa sampai tidak terhingga,” kata Christianto.
(DES/DES)