Wakil Ketua Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia, Surya Darma mengatakan sejak tahun 1980-an Indonesia sudah memiliki roadmap mengenai diversifikasi energi termasuk energi terbarukan. Namun, hingga kini pengimplementasiannya dinilai masih sangat kurang.
"Kita sudah ada kebijakan penggunaan energi dari dulu untuk diversifikasi, prioritas energi terbarukan tapi kan implementasinya kan nggak. Kita dari tahun 80 sudah ada kebijakan umum bidang energi (KUBE) dan fokusnya juga itu. Itu ada 4, intensifikasi, diversifikasi, konservasi, dan kebijakan harga. Tapi semua nggak terlihat gitu. Masih ketinggalan," kata Surya di acara APEC Conference on Clean, Renewable and Sustainable Use of Energy di Ayodya Hotel, Nusa Dua, Bali, Rabu (2/10/2013).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jepang merilis peraturan renewable energy portofolio standard tahun 2002, sekarang 2013 dia penggunaan energi terbarukan itu sudah 2 kali lipat. Kita kan nggak," katanya.
Menurutnya di kawasan Asia Pasifik, negara yang paling terdepan urusan energi terbarukan adalah China. Surya mengatakan, China unggul dalam sebagian besar bidang energi terbarukan.
"China leading, dia pengguna energi fosil terbesar, batubara terbesar. Renewable energy-nya luar bias progres-nya. Energi surya dia bagus," katanya.
Surya mengatakan, persoalan ini akan menjadi isu strategis yang dibahas dalam KTT APEC 2013. Negara-negara seperti China, Jepang, Amerika Serikat dan negara lain yang sukses menerapkan kebijakan energi terbarukan harus bisa dijadikan contoh untuk Indonesia.
"Ya, bukan kiblat kita merea sih, tapi baiknya mereka dijadikan sebagai lesson-learned (pembelajaran)," tutupnya.
(zul/hen)