Menteri Perdagangan (Mendag) Gita Wirjawan mengatakan, pemerintah telah mengubah strategi dengan konsep proposal penawaran CPO terbaru. Proposal terbaru ini lebih baik dan lengkap dari strategi sebelumnya termasuk saat di KTT APEC 2012 di Vladivostok dan saat ini.
Pada proposal baru, Indonesia tak hanya mengusung sawit sebagai produk ramah lingkungan, namun juga mencakup bahwa produk sawit juga menopang pertumbuhan yang berkelanjutan, pengentasan kemiskinan dan pembangunan pedesaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gita mengatakan, proposal baru nanti bisa lebih dipertanggungjawabkan dan juga memiliki dampak yang luas. Selain CPO, produk seperti karet dan kayu pun akan dimasukkan ke dalam satu proposal yang memiliki 3 aspek utama tersebut, beberapa negara telah menyetujui proposal ini.
"Dan timeline-nya sama dengan EG list untuk tahun 2015," katanya.
Gita menyangkal, produk seperti CPO tidak ramah lingkungan dan berpengaruh terhadap emisi karbon yang selama ini dikhawatirkan oleh negara-negara Eropa.
"Kami sudah melakukan studi ilmiah, bahwa sawit bisa dipertanggungjawabkan dari sisi reduksi emisi karbon, dan dari sisi apapun. Ini inklusif cukup besar, bagus di samping prakarsa lainnya yang kita ke depankan," katanya.
Ia mengatakan ada beberapa proposal yang diajukan pemerintah yang diterima dalam kegiatan APEC, di antaranya adalah mempercepat perdagangan dan investasi baik di APEC ataupun di dalam konteks sistem perdagangan multilateral, mengedepankan konektivitas, lebih mendorong investasi di sektor infrasttruktur, mempermudah pembiayaan sektor UKM dan melibatkan perempuan, memperkuat ketahanan energi dan pangan.
Selain itu, untuk menggalang kerjasama antara sesama produsen sawit, Presiden SBY mengadakan pertemuan dengan PM Malaysia Najib Tun Razak. Pertemuan ini salah satunya membahas persoalan minyak sawit.
"Tadi pertemuan salah satunya membahas soal CPO," ujar Gita.
Gita mengatakan isu CPO memang sangat penting bagi Indonesia dan Malaysia. Untuk itu dibutuhkan persamaan persepsi dan upaya yang lebih keras agar CPO dapat diterima negara-negara di dunia. "Masalah kita sama, yaitu soal CPO. dan kita inginkan mencari cara agar CPO dapat diterima," jelasnya
Ia menuturkan saat ini kampanye negatif soal CPO terus dilakukan oleh beberapa pihak. Sehingga menurut Gita butuh cara untuk melawan kampanye tersebut. "Kita dan Malaysia adalah dua produsen CPO terbesar di dunia," kata Gita.
Kedua negara sepakat untuk mengajak para pengusaha ikut serta dalam kampanye CPO. Ia berharap dalam waktu dekat ada hasil yang lebih positif untuk komoditas ini. "Kita akan libatkan pengusaha. Sebenarnya sudah ada yang mulai tapi kita kan lebih intensif lagi," pungkasnya
Di tempat terpisah, Pimpinan Senior Officials Meeting APEC 2013, Yuri Thamrin menyatakan secara mayoritas, apa yang diinginkan Indonesia sudah sangat terwakili. Mulai dari Bogor Goal, kesetaraan pertumbuhan ekonomi hingga infrastruktur.
"Saya rasa mayoritas diterima ya," ujarnya.
(hen/hen)