"Saya ingin berbagi mengenai sikap kita menghadapi situasi ekonomi dunia yang akhir-akhir ini menunjukan ketidakpastian. Ini penting untuk menyatukan pandangan kita, baik sisi pemerintah maupun pelaku bisnis untuk merespons sikap yang akan kita ambil," kata Boediono pada acara tersebut, Rabu (16/10/2013).
Acara ini juga dihadiri oleh Menteri Perindustrian MS Hidayat, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Mahendra Siregar, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi, dan Ketua Umum Kadin Suryo Bambang Sulisto.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di bidang keuangan yaitu adanya perubahan dari kebijakan moneter di Amerika Serikat saat kebijakan The Fed yang dampaknya sangat mendunia. Kebijakan itu baru saja diumumkan, tetapi belum dilaksanakan, tetapi dampaknya cukup signifikan. Bagaimana kalau sudah dilaksanakan? Kebijakan ini mengurangi injeksi atau suntikan yang dimasukan ke dalam sistem keuangan di Amerika sebesar US$ 85 miliar/bulan," imbuhnya.
Selain kebijakan yang diambil Bank Sentral Amerika Serikat, memburuknya perekonomian global juga disebabkan oleh konflik yang terjadi di negara Timur Tengah dan negara-negara di Afrika Utara. Konflik ini berdampak kepada harga minyak dunia yang menimbulkan ketidakpastian.
"Yang menonjol adalah masalah politik terutama negara Timur Tengah dan Afrika Utara. Dampaknya adalah tentu saja minyak di mana terjadi ketidakpastian terhadap harga minyak dunia," tuturnya.
Menurut Boediono, kedua hal tersebut sangat berpengaruh dan memberatkan para pelaku bisnis/usaha. Tetapi telah dibicarakan di beberapa pertemuan negara tingkat global seperti di dalam forum APEC di Nusa Dua Bali, ASEAN Meeting di Brunei Darussalam dan pertemuan Annual Meeting Word Bank-IMF di Washington, Amerika Serikat.
"Ini mempunyai pengaruh kepada kita baik pemerintah, pelaku bisnis dan masyarakat. Tahun 2013 dan 2014 adalah tahun yang tidak mudah tetapi banyak tantangannya," cetusnya.
(wij/dnl)