"Untuk mencapai stabilitas pangan tidaklah mudah. Harus ada kerja keras karena kita masih dihadapi berbagai persoalan seperti keterbatasan lahan, adanya organisme penyakit tanaman atau OPT, dan perubahan iklim. Khususnya perubahan iklim, ini yang menyebabkan di mana pemenuhan kebutuhan tidak mencukupi untuk waktu-waktu tertentu, dan impor adalah salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan nasional," kata Suswono di acara Peluncuran Single Sign On (SSO) Karantina dan Layanan Elektronik (E Service) Perizinan Terintegrasi Dalam Kerangka INSW di Hotel Borobuddur, Jakarta, Senin (18/11/2013).
Namun begitu, impor pangan Indonesia menurun setiap tahun. Suswono menyebut, data statistik impor produk pangan menurun selama 2 tahun terakhir. Di periode yang sama, ekspor produk pertanian Indonesia malah meningkat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada kesempatan yang sama, Suswono bangga karena Balai Karantina meluncurkan satu produk pelayanan elektronik yaitu SSO yang masuk ke dalam portal Indonesia National Single Window (INSW), bagi kegiatan ekspor dan impor produk pertanian (termasuk hortikultura dan hewan di dalamnya). Lewat sistem ini, Suswono optimistis produk ekspor pertanian Indonesia bisa berdaya saing dan pelaku usaha (baik eksportir dan importir) dapat diberikan kemudahan karena portal tersebut sudah terintegrasi dengan kementerian/lembaga lainnya.
"Impor produk pertanian dan peternakan juga terus dilakukan perbaikan melalui harmonisasi sistem dengan kementerian/lembaga lainnya. Dari masalah di atas, hari ini adalah upaya kita semua untuk memperbaiki sistem untuk efisiensi pelayanan proses ekspor dan impor barang di pelabuhan. INSW bukti kerja kita semua kepada masyarakat," katanya.
(wij/dnl)