CT Cerita Rahasia Korsel Bisa Jadi Negara Maju

Pidato Doktor Honoris Causa Chairul Tanjung

CT Cerita Rahasia Korsel Bisa Jadi Negara Maju

- detikFinance
Kamis, 12 Des 2013 11:10 WIB
Bandung - Korea Selatan (Korsel) saat ini tumbuh sebagai negara dengan ekonomi maju, khususnya di sektor industri. Inovasi di sektor teknologi jadi kunci Korsel menjadi negara maju.

Menurut pengusaha nasional sekaligus Ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN) Chairul Tanjung, walaupun Korsel bukan negara besar, namun bisa jadi eksportir terbesar nomor 6 di dunia.

Korea Selatan saat ini memiliki penduduk sekitar 50 juta jiwa dengan PDB US$ 1,2 triliun, sehingga mencatat pendapatan perkapita mencapai US$ 24 ribu di tahun 2012). Kontribusi sektor jasa terhadap total PDB tercatat sebesar 58,2% di tahun 2012, dengan tingkat pengangguran di angka 3,8%.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Transformasi pembangunan ekonomi telah mengubah Korea Selatan menjadi negara dengan inovasi teknologi. Jika di awal tahun 1970-an proporsi inovasi teknologi dalam output Korea Selatan hanya tercatat sebesar 20,8%, maka di awal dekade 2000-an, proporsi tersebut meningkat secara signifikan menjadi 58,5%. Fokus pembangunan ekonomi berubah dari kebijakan berbasis pertanian di tahun 1960-an menjadi kebijakan berbasis teknologi," katanya saat pidato di acara penganugerahan Doktor Honoris Causa dari Universitas Padjadjaran, Bandung, Kamis (12/12/2013).

Pria yang akrab disapa CT ini mengatakan, Korea Selatan memiliki budaya yang menunjang inovasi untuk kemajuan negaranya di mana elemen utamanya adalah fondasi pendidikan. Menurut Economist Intelligence Unit, Korea Selatan berada di peringkat kedua sebagai negara terbaik dalam sistem pendidikan di dunia, sesudah Finlandia.

Pada tahun 2009, Korea Selatan memiliki 323 ribu peneliti, meningkat 2,5 kali lipat jumlahnya dibandingkan pada tahun 1997. Pada tahun 2009 Korea Selatan tercatat memiliki 38.651 buah tesis, meningkat dua kali lipat dibandingkan jumlah tesis yang diselesaikan di tahun 1997.

Di samping itu, masyarakat Korea Selatan dikenal memiliki etos kerja yang sangat tinggi. Di tahun 2012, negara ini dikenal mempunyai waktu kerja terpanjang di antara Negara OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development).

"Budaya kerja keras tersebut disertai pula dengan budaya inovasi. Korea Selatan dikenal memiliki tendensi untuk menjadi World Pioneer dibandingkan menjadi Fast Follower. Dalam skala 0-100, Korea Selatan memiliki nilai 76,5 dalam hal tingkat teknologi industrinya. Secara makro Korea Selatan menghabiskan sekitar 3,57% dari PDB-nya untuk kegiatan penelitian dan pengembangan," tambahnya.

Di samping hal-hal tersebut, kata CT, Korea Selatan juga dikenal dengan nasionalisme yang kuat. Pemerintah Korea Selatan memiliki andil besar dalam membentuk jiwa nasionalisme rakyatnya.

CT memberi contoh, budaya K-pop telah menjadi budaya yang digandrungi masyarakat Korea Selatan sejak tahun 1990an. Ketika budaya K-pop diperkenalkan ke dunia internasional, budaya tersebut sudah benar-benar merupakan citra masyarakat Korea Selatan.

"Korea Selatan juga dikenal dengan jiwa kewirausahaannya yang tinggi. Hal ini memungkinkan beberapa kelompok bisnis Korea Selatan untuk bertahan dalam persaingan global untuk periode waktu yang cukup lama," jelasnya.

Grup Samsung pertama kali didirikan pada tahun 1938, dan dalam perkembangannya meliputi sektor-sektor dengan nilai tambah yang tinggi seperti elektronik, asuransi, kesehatan, konstruksi, layanan IT, perkapalan, telekomunikasi, semi-konduktor, periklanan dan jasa hiburan.

Pada tahun 2012, Grup Samsung tercatat memiliki 425 ribu orang pekerja dengan pendapatan sebesar 268,8 miliar dolar AS dan pendapatan bersih (netto) sebesar US$ 26,2 miliar. Ilustrasi lain, Grup LG Corp didirikan pada tahun 1947, dan meliputi bidang usaha seperti elektronik, industri kimia, telekomunikasi, pembangkit listrik, layanan IT, dan permesinan.

Di tahun 2012, Grup LG Corp tercatat memiliki 220 ribu orang pegawai, dengan pendapatan sebesar US$ 45,22 miliar dan pendapatan bersih (netto) sebesar US$ 80,75 juta dolar AS.

"Dua ilustrasi di atas menunjukkan kemampuan kelompok bisnis Korea Selatan untuk melaksanakan (eksekusi) dari inovasi-inovasi yang dimiliki. Di sisi lain, Pemerintah memiliki peran dalam menyediakan lingkungan kerja yang mendukung gerak dunia usaha menciptakan nilai tambah bagi kelompok bisnis dan perekonomian," ujarnya.

CT mengakui, Presiden Park Chung-Hee adalah seorang pemimpin yang berhasil meletakkan fondasi perekonomian Korea Selatan, bangkit dari keterpurukannya setelah perang Korea dan pemecahan Korea Utara dan Korea Selatan.

Presiden Park Chung-Hee, yang memerintah antara 1962-1979 menetapkan strategi dasar pembangunan Korea, antara lain:

  • Memberantas korupsi di Korea Selatan dengan tegas.
  • Membentuk Badan Perencanaan Ekonomi untuk merancang strategi pembangunan Korea Selatan.
  • Menjalin hubungan diplomasi politik internasional (misal dengan Amerika Serikat).
  • Membangun infrastruktur sebagai konektifitas utama antar wilayah di korsel, Gyeoungbu Expressway.
  • Menerapkan Kebijakan Export Oriented Industry, dengan menggalakkan sektor industri manufaktur swasta (misal: industri ringan, elektronik, otomotif dan semikonduktor).
  • Menerapkan kebijakan Heavy Chemical Industry, perubahan orientasi dari indutri ringan menjadi industry berat (misal: kapal, baja, mobil, petrokimia).
  • Menerapkan gerakan Saemaul Undong (pengembangan dan modernisasi pedesaan) dalam rangka pemerataan ekonomi melalui semangat kemerdekaan

"Saat ini Korea Selatan dapat dikatakan memiliki keunggulan dalam berbagai hal. Dalam industri telepon genggam, Korea Selatan memulainya di tahun 1970-an melalui penggalakkan R&D dengan dorongan pemerintah (pengembangan teknologi CDMA)," imbuhnya.

Selanjutnya di dasawarsa 1980 dan 1990-an, pemerintah terus memberi dukungan dalam penciptaan dan pengembangan pasar. Hasilnya saat ini Korea Selatan adalah produsen telepon genggam nomor 1 di dunia, dengan penguasaan pangsa pasar sekitar 31%.

(zul/hen)

Hide Ads