Kecepatan kereta tersebut mencapai 300 km/jam, dengan waktu tempuh 37 menit. Lalu berapa tarifnya?
Deputi Bidang Infrastruktur Kemenko Perekonomian Lucky Eko mengatakan, hasil kajian sementara, tarif yang layak adalah Rp 200 ribu. Ini meliputi satu orang untuk satu kali perjalanan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lucky menuturkan, saat proses feasibility study atau studi kelayakan berlangsung, nantinya juga sekaligus diadakan survei harga. Penerapan harga menurutnya harus disesuaikan dengan target konsumen, daya beli masyarakat dan tiket transportasi lainnya.
"Nanti akan dibuat semacam survei harga. Itu harus disesuaikan dengan bus dan KA biasa," ujarnya.
Lucky menjelaskan, sebenarnya pendapatan operator nanti bisa berasal dari tarif dan non tarif. Non tarif seperti memanfaatkan opsi sewa iklan dan sejenisnya. Itu pun bisa menutupi harga tiket agar tidak terlau mahal.
Selain itu, tarif juga bisa diturunkan jika pemerintah berani memberikan subsidi. Tentu saja dikembalikan lagi kepada hasil dari studi yang saat ini tengah dilakukan. "Nah sekarang tergantung pemerintah mau subsdi atau nggak," tegasnya.
Sementara jika dibandingkan dengan Jepang, untuk jarak yang sama dari Tokyo menuju Osaka ditetapkan tarif sebesar 10.000 yen atau Rp 1 juta. Menurut Lucky, harga tersebut bisa disebut wajar karena pendapatan warga Jepang yang juga berada di atas Indonesia.
"Kalau di Jepang, dari Tokyo ke Osaka. Kan kurang lebih sama dengan Jakarta Bandung itu 10.000 yen," pungkasnya.
(mkl/dnl)











































