"Total 2.079 untuk seluruh lahan pertanian. Kalau khusus apel dan yang terparah 1.856 hektar," kata Kepala Dinas Pertanian Kota Batu Sugeng Pramono ditemui detikFinance, Minggu (16/2/2014).
Mayoritas lahan yang mengalami kerusakan berada di wilayah Kecamatan Bumiaji. Atas kerusakan ini, kerugian yang ditimbulkan diperkirakan mencapai Rp 17 miliar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pihaknya tengah membahas pemulihan dampak abu vulkanik ini. Langkah cepat akan dilakukan menghindari kerugian besar menimpa petani. "Kita masih bahas sekarang bagaimana penanganannya," tambah Sugeng.
Sementara itu, Ngaluwi (55), petani apel asal Desa Bulukerto, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, adalah salah satu petani yang lahannya menjadi korban abu vulkanik. Ia mengatakan, lahan pertaniannya tertutup abu vulkanik sejak erupsi Gunung Kelud.
"Ini masih umur 2 bulan, tapi pekatnya abu vulkanik bisa merusak tanaman," ucap Ngaluwi di kebunnya.
Ngaluwi menanam apel diatas lahan sekitar 1,5 hektar. Nyaris seluruh tanaman apelnya tertutup abu vulkanik hingga tak terlihat warna hijau tanaman. Ia pun mengeluh, semburan abu vulkanik ini menambah derita para petani apel. Sebab, dua tahun ini, lahan apel terserang hama kutuk sisik.
"Belum pulih kami dari kutuk sisik. Kini terkena abu vulkanik," keluhnya.
Hal sama juga disampaikan Hardi (35), petani apel di wilayah yang sama. Dirinya harus menyemprot tanaman apel dengan air bersih. Sejak pagi, Hardi menyemprot tiap sudut tanaman apelnya yang masih berumur 3 bulan.
"Kalau tidak disemprot, apel jadi rusak alias membusuk," ujarnya terpisah.
Dengan memanfaatkan sumber air di lahan mereka, para petani berjuang keras membersihkan material vulkanik. Kecamatan Bumiaji sendiri berjarak sekitar 50 kilometer dari Kawasan Rawan Bencana (KRB) I Gunung Kelud di Kabupaten Malang.
Dia berharap, pemerintah daerah memberi perhatian maksimal atas bencana ini. Jika tidak para petani apel bakal terpuruk akibat kerugian yang dialami.
"Pemerintah kami minta bantu. Agar kami tak merugi. Apalagi harga apel terus menurun di kisaran Rp 5-6 ribu per kilonya," katanya.
(zul/dru)