Tulisan panjang Janet Larsen di situs earth-policy.org terbilang menggelitik. Direktur riset di Earth Policy Institute ini bilang, kanker kini menjadi 'pembunuh' nomor satu di China. Itu adalah konsekuensi yang harus dialami China sebagai negara yang industrinya sedang melesat.
Kementerian Kesehatan China telah merilis data bahwa penyakit kanker adalah penyebab 25 persen kematian di seluruh negeri. Kalau itu terjadi di kota-kota besar dengan tingkat industri yang tinggi, jelas masuk akal. Tapi di China, kisahnya lain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Demi mengejar pertumbuhan ekonomi di atas segalanya, China telah mengorbankan kesehatan rakyatnya,” kata Janet.
Kanker apa yang umum di China? Jawabannya adalah kanker paru-paru. Di kota-kota yang sibuk seperti Shanghai dan Beijing, 30 persen kematian disebabkan oleh kanker jenis ini. Penyebabnya adalah udara yang kotor sekali.
Tapi polusi udara yang tinggi tak hanya menyebabkan kanker paru-paru. Masalah ini juga menimbulkan penyakit lain, seperti penyakit jantung, serangan stroke, dan masalah pernafasan. Total, 80 persen kematian terjadi gara-gara penyakit-penyakit itu.
Menurut Pusat Kontrol dan Pencegahan Penyakit China, pembakaran batu bara menyebabkan 70 persen emisi yang mengotori dan menghalangi sinar matahari di China. Sebanyak 85 persen mengandung sulfur dioksida yang bisa menyebabkan hujan asam dan kabut; 67 persen mengandung nitrogen oksida yang merusak lapisan ozon.
Pembakaran batu bara juga menghasilkan karsinogen dan merkuri, sang racun syaraf. Abu batu bara, yang mengandung material radioaktif dan logam berat, termasuk chromium, arsenik, timbal, kadmium, dan merkuri, adalah sampah industri nomor satu di China.
Abu beracun itu bisa mengkontaminasi udara serta air tanah. Bukan itu saja. Gas buang kendaraan bermotor, emisi industri, dan asap rokok adalah masalah berikutnya yang menyelimuti penduduk China.
Di daerah pedesaan, kanker hati, paru-paru, dan perut, menyebabkan 20 persen kematian akibat kanker. Semuanya berhubungan dengan polusi air oleh limbah zat kimia, pembuangan kotoran, serta kontaminasi lingkungan lainnya.
Data pemerintah China mengindikasikan bahwa setengah sungai di China dan tiga dari empat danau di China sudah tercemar dan tak bisa dikonsumsi. Tapi, masyarakat masih memakainya sebagai sumber air.
Saat ini telah muncul lebih dari 450 'desa kanker' di China, menurut ahli geografi Lee Liu yang menulis di majalah Environtmen pada 2010. Biasanya desa-desa itu berada dekat kawasan industri atau dilintasi sungai yang tercemar. Menurut Liu, kebanyakan pabrik kini dibangun di kawasan yang masih menyediakan tenaga kerja murah dan aturan perlindungan lingkungannya kurang ketat.
Liu mencatat pada sejumlah kasus yang ekstrim seperti di Desa Huangmengying di Provinsi Henan, angka kematian lebih tinggi daripada kelahiran, dan terus meningkat dengan cepat. Sebanyak 80 persen orang muda di desa yang dilintasi Sungai Huai yang tercemar itu terpapar penyakit kronis. Bahkan ada anak berusia 1 tahun sudah terkena kanker.
Setengah dari kasus kematian yang terjadi antara 1994 dan 2004 di desa itu disebabkan oleh kanker hati, rectum, dan perut. Data terbaru kini sulit diketahui karena pemerintah setempat menutup-nutupinya, seperti dilaporkan Global Times.
Lebih lanjut, simak infografis mengenai populasi dan batubara di China berikut ini:

(DES/DES)