Ubi Cilembu berasal dari Desa Cilembu di bawah kaki Gunung Kareumbi, Kecamatan Pamulihan, Sumedang Barat, Jawa Barat. Keunikan dari tanaman ubi cilembu adalah bila ditanam di daerah lain, maka bentuk serta rasa dari ubi yang dipanen tidak akan sama.
"Kita itu ekspor ubi cilembu, sudah hak paten. Jumlah ekspornya semakin meningkat. Itu komoditas pangan spesifik geografis. Artinya di tempat lain nggak di temukan. Itu kan harusnya bisa jadi keunggulan kita," kata Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (PPHP) Kementan Yusni Emilia Harahap kepada detikFinance, Senin (5/5/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia juga mengatakan kegiatan impor ubi untuk tujuan industri seperti pengolahan ubi masih dapat diterima. Selama ini, pengolahan ubi skala industri diolah menjadi tepung, lem, dan lain-lain.
"Tapi kalau impor terus ubi jalarnya untuk dijual begitu saja, buat apa? Kan kita masih bisa tanam di sini," katanya.
Emilia mengatakan memang perlu banyak pembenahan untuk menciptakan ketahanan pangan tanpa harus impor. Misalnya program diversifikasi pangan, pengembang pangan lokal seperti sagu, hingga pembangunan infrastruktur.
"Kalau itu bisa, tidak mustahil kok Indonesia tidak perlu Impor pangan lagi," katanya.
Seperti diketahui Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat importasi ubi jalar dari Tiongkok pada Maret 2014 sebesar 6,209 ton atau menurun dari bulan sebelumnya yang sempat mencapai 7,961 ton, turun 22%.
Nilai impor ubi jalar dari Tiongkok tersebut pada Maret mencapai US$ 10.380, sedangkan bulan sebelumnya mencapai US$ 15.315.
Pada Januari juga tercatat impor ubi jalar dari sebanyak 7,219 ton atau setara dengan nilai US$ 12.135. Sedangkan pada bulan Desember 2013 tak ada impor ubi jalar dari negara yang sama. Total impor ubi jalar selama Januari-Maret 2014 mencapai 21,389 ton setara dengan US$ 37.830.
(hen/hds)