Bos Djakarta Lloyd: 10 Tahun Kami Hidup dari Ngemplang Utang dan Jual Aset

Bos Djakarta Lloyd: 10 Tahun Kami Hidup dari Ngemplang Utang dan Jual Aset

- detikFinance
Kamis, 26 Jun 2014 14:53 WIB
Jakarta - Direktur Utama PT Djakarta Lloyd (Persero) Arham S. Torik berbagi cerita soal masa gelap perseroan. Meski baru 1 tahun menjadi bos BUMN jasa pelayaran tersebut, Arham menceritakan tentang kondisi perseroan. Selama 10 tahun, Djakarta Lloyd bisa bertahan meski pendapatan tidak sebanding dengan pengeluaran.

Untuk menghidupi perusahaan dan membayar gaji ratusan karyawan, perseroan kerap menjual aset hingga gali lubang tutup lubang.

"Djakarta Lloyd bisa bangkit dari masa suramnya. Masa 10 tahun terakhir Djakarta Lyod (DL) hidup dari cara ngemplang utang, dari cara jual aset. Tapi kurang dari 3 tahun terakhir, Djakarta Lloyd bisa selesaikan semua persoalannya. Djakarta Lloyd saat ini sudah punya penghasilan 2-3 lipat dari biaya operasional," kata Arham dalam acara diskusi kebangkitan Djakarta Lloyd di Hotel Pullman, Jakarta, Kamis (26/6/2014).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berkat kerja keras dan program restrukturisasi utang, buku keuangan Djakarta Lloyd kembali putih. Program restrukturisasi utang diperoleh setelah adanya putusan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) baru-baru ini.

Akibat program restrukturisasi, perseroan bisa dipercaya oleh pihak perbankan atau kreditor. Tidak ada lagi kekhawatiran kapal yang dibeli nantinya akan disita oleh para kreditur.

"Saat ini tidak ada ketakutan ke kreditur. Dulu Djakarta Lloyd takut punya aset karena aset pasti disita. Akhirnya pada tanggal 12 Mei kemarin, sudah ikrah di PKPU. Dalam PKPU, utang masa lalunya sudah diselesaikan," tegasnya.

Utang dari para kreditur yang hampir mencapai Rp 1,3 triliun telah dikonversi menjadi saham. Alhasil, saat ini manajemen harus bekerja keras untuk menggenjot pendapatan hingga mencicil utang yang telah dikonversi ke saham.

"Kami fokus bisnis logisitik di BUMN, pemerintah seperti ABRI. Kami bawa logistik BUMN dan BUMD. Djakarta Lloyd cari teman-teman baru. Kami kerjasama dengan teman-teman sesama BUMN," paparnya.

Arham juga bercerita saat menjadi dirut pada 2013 silam. Waktu itu jumlah karyawan mencapai 750 orang. Karena kepentingan efisiensi, maka karyawan tersebut diberhentikan alias PHK. Saat ini total karyawan Djakarta Lloyd tersisa cuma 32 orang.

Di tempat yang sama, Sekretaris Perusahaan T. Pusphitadani menambahkan, saat ini perseroan masih menunggak pembayaran pesangon bagi ratusan karyawan yang terkena PHK dan pembayaran uang pensiun. Total tunggakan mencapai Rp 75 miliar. Untuk pembayaran utang untuk pensiunan dan pesangon, perseroan dalam proses penjualan aset.

"Itu aset tanah, kantor, gudang. Diappraisal nilainya Rp 60 miliar. Kalau sudah disetujui baru dilelang. Aset ada di Lampung, Jakarta, Surabaya, Tarakan, dan Banyuwangi," sebutnya.

Sisa kekurangan penjualan aset akan diambil dari sisa hasil usaha.

Dani pada kesempatan tersebut bercerita terkait rencana menambah jumlah kapal sewa sebanyak 2 unit. Saat ini, Djakarta Lloyd memiliki 1 kapal aktif sewaan untuk angkutan batubara milik PLN.

"Tahun depan bisa bawa 2,5 juta metrik ton batu bara milik PLN. Tahun ini bawa 1 juta metrik ton. Kalau bawa 2,5 juta metrik ton maka harus lebih dari 1 kapal. Tahun depan tambah 2. Jadi kita punya 3 kapal. Itu sewa semua dari swasta," ujarnya.

(feb/dnl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads