Ini Dia Alat Pemusnah Daging Celeng Agar Jadi Abu

Ini Dia Alat Pemusnah Daging Celeng Agar Jadi Abu

- detikFinance
Rabu, 16 Jul 2014 13:05 WIB
Cilegon -

Daging celeng ilegal dikhawatirkan mengandung bahan penyakit karena tak memenuhi kaidah kesehatan hewan sehingga harus dimusnahkan dengan cara dibakar. Alat yang digunakan biasa disebut incinerator atau mesin pembakaran.

Incinerator merupakan mesin pembakar dengan suhu tinggi yang dalam waktu relatif singkat mampu membakar hingga jadi abu barang-barang organik seperti daging.

Kepala Badan Karantina Kelas II Cilegon Bambang Haryanto mengatakan pihaknya memiliki satu alat incinerator, yang bisa digunakan untuk memusnahkan daging celeng ilegal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau sudah masuk jadi abu semua, alat ini 1.000 derajat celcius, dibakar sampai jadi abu lalu abunya di buang," katanya Bambang di lokasi pemusnahan daging celeng, Cilegon, Rabu (16/7/2014)

Bambang mengatakan untuk membakar 7,4 ton daging celeng dengan satu alat incinerator maka dibutuhkan waktu yang cukup lama. Ia memperkirakan proses pemusnahan akan selesai hingga malam hari.

"Ini banyak sekali yang dibakar, ini karena simbolis aja, sisanya lebih banyak lagi di cold storage, ini bisa sampai malam kita bakar atau musnahkan," katanya.

Pengamatan detikFinance, alat incinerator yang dipakai oleh Badan Karantina Kelas II Cilegon menggunakan bahan bakar kayu. Sebelum daging celeng dibakar, kayu-kayu dimasukkan ke tungku bakar terlebih dahulu lalu dibakar sebagai pemicu panas di ruang tungku bakar.

Kepala Sub Humas Badan Karantina Pertanian (Barantan), Kementerian Pertanian Arief Cahyono pernah mengatakan kapasitas alat incenerator punya keterbatasan. Secara hitungan kasar dalam setiap jam hanya ada seratusan kilogram daging celeng yang bisa dimusnahkan jadi abu.

"Rencananya pemusnahan menggunakan incinerator memang akan lama karena jumlahnya banyak. Yang saya tahu kapasits mesin hanya ratusan kg per jam, tapi bisa membakar menjadi abu," katanya.

Arief juga pernah mengatakan biasanya selain menggunakan incinerator, karantina juga menggunakan metode pembakaran secara terbuka. Yaitu menggali lubang, lalu daging celeng dimasukkan ke lubang kemudian dibakar dengan bahan bakar sampai jadi abu.

Β 

Seorang pedagang alat incinerator, Jonny Sinaga mengatakan model dan teknologi alat ini sudah banyak berkembang. Ada yang paling sederhana dengan bahan bakar kayu, hingga menggunakan solar, minyak tanah, gas alam, batu bara untuk mengaktifkan burner (pembakar).

Melalui PD. Karya Mitra Usaha, Jonny mengaku bisa menjual 1-2 alat incinerator setiap bulan. Harganya bervariasi sesuai ukuran dan teknologi, dari paling murah Rp 80 juta hingga Rp 5 miliar per unit.

"Pasarnya biasanya untuk industri, rumah sakit, kebun binatang, rumah pembakaran (mayat), dan lainnya," kata Jonny.

Menurutnya salah satu teknologi yang ada di incinerator antara lain jumlah burner dalam satu tungku. Incinerator yang memakai dua burner, memiliki kelebihan, yaitu selain membakar material yang dikabar juga bisa membakar asap hitam yang dihasilkan sehingga bisa menekan polusi yang dihasilkan.

"Dengan double burner, asap yang keluar dibakar lagi, agar tak hitam, emisi karbon yang dibakar tak kelihatan lagi, agar tak ada asap jika dibakar di perkotaan," jelasnya.

(hen/hds)

Hide Ads