Namun, kebijakan pemerintah terkadang harus dibahas bersama dan disetujui oleh DPR. Koalisi partai politik pendukung Jokowi-JK bukan merupakan yang mayoritas di Senayan, hanya menguasai 37%.
Ekonom Standard Chartered Bank Fauzi Ichsan menyebutkan, koalisi dengan Partai Golongan Karya (Golkar) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) bisa memperkuat posisi Jokowi-JK di parlemen sehingga mempermudah dalam menentukan kebijakan pemerintah ke depan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Koalisi Golkar, lanjut Fauzi, bisa menyumbang 14% porsi di DPR. Sementara dengan PPP bisa berkontribusi 7%. Dengan tambahan angka tersebut, posisi Jokowi-JK bisa meningkat hingga 58%.
"Golkar kan pecah, sangat mungkin salah satu sesepuh Golkar menginginkan pindah ke Jokowi. PPP juga kemungkinan bisa. Ditambah 37% yang sudah ada, jadi mayoritas," paparnya.
Lebih jauh Fauzi mengatakan, dalam kabinet yang akan dibentuk Jokowi-JK diharapkan diisi oleh kalangan profesional sehingga apa yang diterapkan dalam pemerintahan berdasarkan keahliannya masing-masing.
"Pemerintahan sebelumnya kebijakan proteksionis banyak sekali. Kebanyakan kementerian dipimpin oleh pimpinan parpol sehingga kebijakan-kebijakan yang diambil tidak komprehensif. Banyak kebijakan yang tidak terkoordinasi misal kebijakan di Kementan dan Kemendag bertabrakan sehingga nanti harusnya dipimpin teknokrat atau profesional," terang Fauzi.
(drk/hds)