Dihargai Hingga Rp 15 Juta/m3, Ini yang Membuat Pohon Jati Mahal

Dihargai Hingga Rp 15 Juta/m3, Ini yang Membuat Pohon Jati Mahal

- detikFinance
Senin, 18 Agu 2014 20:15 WIB
Jakarta -

Perusahaan penanaman hutan, PT Harfarm Jaya Makmur menawarkan investasi hutan jati dengan keuntungan yang menggiurkan. Harfarm menjanjikan dalam 8 tahun, satu pohon jati bisa dijual dengan harga Rp 12 juta-15 juta.

Menurut pihak Harfarm, satu pohon jati yang ditanam perseroan bisa menghasilkan satu meter kubik (m3) kayu jati pada usia tahun ke-8.

Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Kehutanan Eka Sugiri mengatakan pada umumnya, satu meter kubik bisa dihasilkan minimal dari tiga batang pohon, atau 2,5 batang pohon yang berumur sedikitnya 10 tahun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Nggak mungkin sampai 1 kubik satu pohon," kata Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Kehutanan Eka Sugiri kepada detikFinance, Senin (18/8/2014).

Eka mengatakan, harga kayu jati ditentukan berdasarkan kualitas pohon. Bahkan juka umurnya sudah ratusan tahun, harganua bisa mencapai puluhan juta rupiah per m3, dengan catatan kayu jati tersebut memiliki tekstur yang baik dan tidak kosong.

"Ada yang Rp 15 juta, ada yang Rp 10 juta, ada yang Rp 5 juta dan seterusnya per m3. Itu tergantung kualitasnya," katanya.

Eka menambahkan kualitas jati ditentukan dari beberapa faktor. Pertama adalah kualitas bibit kayu jati, kedua adalah waktu penanaman atau kecocokan musim penanaman (saat musim hujan), ketiga adalah kecocokan tempat tumbuh, dan terakhir adalah pemeliharaan.

"Kalau salah satu terganggu maka ada masalah. Mungkin jadi, tapi kualitas batangnya yang jelek," tuturnya.

Ia juga mengatakan, harga yang logis untuk kayu jati yang berumur 8 tahun adalah Rp 6-8 juta per m3, bukan Rp 12 juta atau Rp 15 juta seperti yang ditawarkan Harfarm.

"Delapan tahun itu nggak sampai Rp 15 juta per kubik. Kalau Rp 6 juta sampai Rp 8 juta mungkin. Karena jati itu yang besar itu bukan mahalnya tapi teksturnya," katanya.

Sementara itu, pihak Harfarm melalui Marketing Executive Harfarm, Dito Harwanto mengatakan, bibit yang ditanam oleh Harfam bukan bibit jati pada umumnya. Harfam mengimpor bibit jati dari Thailand yang disebut golden thick, atau jati emas.

"Kita jati dari Thailand impor. Lebih bagus dari jati unggul nasional (JUN). Kalau Perhutani mungkin seperti itu, tapi kita beda," kata Dito.

Ia mengatakan, selain itu, Harfarm pun melakukan pemupukan dengan pupuk kompos, pupuk kimia dan pupuk buatan Harfarm. Sehingga menurutnya, kualitas yang dihasilkan lebih baik dibanding kayu jati Perhutani.

"Tingginya bisa 17-20 meter. Diameternya 30 centimeter, bahkan ada yang 40 centimeter," katanya.

(zul/hen)

Hide Ads