"Inisiatif kedua untuk dibahas bersama ASEAN, jalur sutra laut abad 21. Cheng Ho (abad 15) membawa misi melewati Laut China Selatan, masuk Palembang, naik ke India, terus sampai ke Timur Tengah," kata Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Bayu Krisnamurthi saat berdiskusi dengan media di kantor Kementerian Perdagangan, Jalan Ridwan Rais, Selasa (23/09/2014).
Menurut Bayu, jalur perdagangan ini sudah ada sejak lama dan Tiongkok berencana menghidupkan kembali jalur perdagangan laut di ASEAN.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lantas bagaimana dengan sikap Indonesia? Pemerintah Indonesia menyambut baik rencana ini. Konsep ini cocok dengan Indonesia yang merupakan negara kepulauan.
Menurut Bayu inisiatif konsep dari negara Tiongkok ini tidak bisa diabaikan namun tentunya tetap berusaha untuk memaksimalkan kepentingan nasional.Tiongkok sekarang adalah mitra utama dagang Indonesia. Meskipun neraca perdagangan Indonesia dengan Tiongkok defisit tetapi Tiongkok adalah negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia dengan 7,5%.
"Kita negara kepulauan, konektivitas maritim tentu kita sambut, tapi kita tentu perlu mencermati apakah dampaknya dari inisiatif itu kepada perdagangan kita sendiri. Istilah mereka ini memulai dekade baru katanya proyek 2015 sampai 2025, menutup dekade emas, memasuki dekade berlian," kata Bayu.
(wij/hen)