Guru Besar UGM: Produktivitas Buruh RI Rendah, Tapi Minta Naik Gaji Tinggi

Guru Besar UGM: Produktivitas Buruh RI Rendah, Tapi Minta Naik Gaji Tinggi

- detikFinance
Rabu, 22 Okt 2014 08:35 WIB
Jakarta - Buruh di Indonesia, khususnya di kota-kota besar, menuntut kenaikan upah minimum 2015 naik sampai 30%. Namun, tuntutan tersebut dipandang tidak diikuti oleh peningkatan produktivitas.

Hal ini diungkapkan Sri Adiningsih, Guru Besar Ekonomi Universitas Gadjah Mada, di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Selasa (21/10/2014) malam.

"Upah yang diterima itu refleksi produktivitas. Tapi produktivitas buruh Indonesia masih rendah karena 50% lulusan SD dan jarang yang ikut pelatihan," paparnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bukti pekerja RI memiliki produktivitas yang masih rendah adalah derasnya produk impor yang masuk ke pasar domestik. Ini menunjukkan produktivitas industri dalam negeri masih belum memuaskan.

"Kita semakin dibanjiri impor. Neraca perdagangan barang dulu surplus sekarang defisit. Non migas dulu andalan sekarang defisit," tegas Adiningsih.

Oleh karena itu, dia menyarankan sebaiknya buruh tidak meminta kenaikan gaji yang mengikuti inflasi. Buruh harus meningkatkan kinerja sehingga penghasilan yang diterima juga ikutan terkerek naik.

"Yang penting naikkan produktivitas dengan pelatihan, pendidikan, support. Itu harus ada pemahaman. Daya saing itu tanggung jawab perusahaan dan pemerintah," jelasnya.

Meskipun perlu ada penyesuaian gaji yang merujuk pada Kebutuhan Hidup Layak (KHL) namun Adiningsih memandang kenaikan gaji tidak bisa dilakukan secara signifikan. Penyesesuaian harus dilakukan secara bertahap.

"Itu nggak hanya ikuti inflasi. Nggak bisa langsung naik 100%," katanya.

Adiningsih juga angkat suara terkait permintaan buruh seperti liburan. Hal itu masih wajar namun harus diikuti kontribusi buruh kepada perusahaan.

"Orang kerja pasti ingin dapat hak liburan atau cuti. Tapi dia harus berkomitmen dengan pekerjaan dan meningkatkan produktivitas," tuturnya.

(feb/hds)

Hide Ads