Hal ini diungkapkan Sri Adiningsih, Guru Besar Ekonomi Universitas Gadjah Mada, di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Selasa (21/10/2014) malam.
"Upah yang diterima itu refleksi produktivitas. Tapi produktivitas buruh Indonesia masih rendah karena 50% lulusan SD dan jarang yang ikut pelatihan," paparnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita semakin dibanjiri impor. Neraca perdagangan barang dulu surplus sekarang defisit. Non migas dulu andalan sekarang defisit," tegas Adiningsih.
Oleh karena itu, dia menyarankan sebaiknya buruh tidak meminta kenaikan gaji yang mengikuti inflasi. Buruh harus meningkatkan kinerja sehingga penghasilan yang diterima juga ikutan terkerek naik.
"Yang penting naikkan produktivitas dengan pelatihan, pendidikan, support. Itu harus ada pemahaman. Daya saing itu tanggung jawab perusahaan dan pemerintah," jelasnya.
Meskipun perlu ada penyesuaian gaji yang merujuk pada Kebutuhan Hidup Layak (KHL) namun Adiningsih memandang kenaikan gaji tidak bisa dilakukan secara signifikan. Penyesesuaian harus dilakukan secara bertahap.
"Itu nggak hanya ikuti inflasi. Nggak bisa langsung naik 100%," katanya.
Adiningsih juga angkat suara terkait permintaan buruh seperti liburan. Hal itu masih wajar namun harus diikuti kontribusi buruh kepada perusahaan.
"Orang kerja pasti ingin dapat hak liburan atau cuti. Tapi dia harus berkomitmen dengan pekerjaan dan meningkatkan produktivitas," tuturnya.
(feb/hds)