Tambang Emas Liar di Sumbawa Bisa Raup Rp 300 Juta/Bulan

Tambang Emas Liar di Sumbawa Bisa Raup Rp 300 Juta/Bulan

- detikFinance
Jumat, 21 Nov 2014 07:42 WIB
Sumbawa Barat - Masyarakat di Sumbawa Barat, NTB tidak mau melewatkan begitu saja potensi emas di tanah yang mereka pijak. Sejak bertahun-tahun lalu, mereka menjadi penambang emas meski tidak memiliki izin.

Ketika detikFinance berkunjung ke pelosok Sumbawa Barat, Jumat (21/11/2014), penambang emas ilegal ini bisa ditemukan di pinggir jalan. Mereka mendirikan tenda dari terpal di atas lubang 'tambang' mereka. Salah satunya adalah Rusli (46).

"Enggak lah (urus izin). Kita tinggal beli alat, pasang, selesai. Pasokan bebatuan kami beli dan ada penambang juga," kata Rusli saat berbincang.

Modal pertama Rusli saat menjadi penambang ilegal 3 tahun lalu adalah Rp 150 juta. Namun, modal itu tidak ada apa-apanya dibanding penghasilannya yang pernah mencapai Rp 300 juta tak sampai dari 1 bulan.

"Sehari bisa dapat 3-4 juta. Per bulan kita dapat bersih rata rata Rp 30 juta. Kalau rezeki, saya pernah dapat Rp 300 juta dalam 3 minggu. Gila!" ceritanya antusias.

Dari penghasilannya sebagai penambang emas liar itu, Rusli bisa membeli mobil dan memamerkannya ke desa. Para penduduk desa lainnya pun tak mau ketinggalan. Kini, pria beranak tiga ini memiliki 2 anak buah.

Peralatan yang digunakan Rusli untuk mengolah batuan menjadi emas sebenarnya sederhana. Bebatuan dari tambang ia masukkan ke alat bernama gelondongan yang menggunakan tenaga diesel.

Di dalam gelondongan ada besi-besi pemecah batu. Setelah diputar selama kurang lebih 3 jam, batu akan pecah dan memisahkan mineral berharga seperti emas, perak dan tembaga. Rusli hanya mengambil emasnya.

Emas yang diambil masih berwarna perak keputihan. Rusli pun menggunakan raksa untuk memeras emas tersebut.

"Kita pijat pakai merkuri atau raksa. Pijatnya pakai kanebo," ujar Rusli.

Langkah selanjutnya adalah membakar emas tersebut dengan api. Rusli menyebutnya 'menembak' karena menggunakan alat seperti las. Hasilnya, didapatkan emas 18 karat!

Emas tak hanya didapatkan dari batu yang dipecah, namun juga dari buangan hasil pengolahan di gelondongan yang berupa lumpur. Lumpur itu akan diendapkan di dalam sebuah tong selama 3 hari.

"Setelah itu kita masukkan CN (sianida) dan karbon. Lalu dibakar 12 jam dan ditembak 1,5 jam," ujar Rusli.

Emas tersebut kemudian dijual ke agen pengumpul. Pria asal Lombok ini enggan membeberkan siapa agennya.

Proses pengolahannya mungkin terdengar sederhana, namun Rusli mengingatkan bahwa emas bagaikan gadis cantik yang diburu. Para penambang ini harus sabar dan mendekati dengan hati-hati. Pernah juga merugi.

Selain itu, risiko menjadi penambang liar juga sangat besar termasuk mengorbankan nyawa. Di kalangan mereka, sudah menjadi hal yang umum apabila banyak rekan sesama penambang yang tidak keluar dari lobang tambang. Tak ada yang bisa mereka lakukan untuk mengangkat jenazah penambang lain di dalam lubang.

"Ya, istri-istrinya juga sudah pasrah saja kalau suaminya nambang di sini. Kita sudah tidak pernah hitung lagi berapa yang tidak keluar dari lubang," ungkap Rusli datar.

(imk/ang)

Hide Ads