"Kapal ini kapasitasnya 20-30 GT (Gross Ton) tetapi punya peralatan cukup canggih berharga miliaran rupiah," ungkap Sekretaris Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Tanjung Balai-Asahan, Sumatera Utara Dahli Sirait kepada detikFinance, Selasa (30/12/2014).
Kecanggihan kapal ini terlihat pada sisi dalam atau bagian kemudi nakhoda. Kapal ini dilengkapi dengan GPS dan sonar pendeteksi keberadaan ikan besar seperti tuna di lautan. Di pasaran alat ini cukup mahal, paling murah Rp 300 juta/unit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Dahli jumlah Anak Buah Kapal (ABK) yang dibawa sangat sedikit yaitu hanya 4 orang ABK. Dengan kecanggihan alat tersebut maka tidak butuh banyak ABK yang masuk ke dalam kapal cukup mesin yang bekerja. Biasanya dengan kapal berkapasitas 20-30 GT mampu ditumpangi hingga 12 orang ABK.
Selain sonar dan GPS, kapal ini dilengkapi mesin penggerak yang handal, berkualitas dan cepat yang disebut mesin komeng dengan kecepatan mencapai 20 knot/jam. Berbeda dengan nelayan Indonesia yang mayoritas menggunakan mesin tempel. Terakhir jenis alat tangkap yang digunakan adalah trawl atau pukat harimau.
"Kemampuan kekuatan mesin komeng jauh lebih berkualitas dibandingkan mesin-mesin lain. Bisa 20 knot per jama. Mereka pakai pukat harimau," jelasnya.
(wij/hen)