Melalui akun Twitternya @susipudjiastuti, Susi mencoba memberikan gambaran hitung-hitungan sederhana, soal kerugian bila harus mengekspor bibit lobster terutama ke Vietnam. Sedangkan Vietnam bisa untung besar dan jadi eksportir lobster terbesar dunia.
"Ini hitungan ala bakul ikan saya. Tunggu 2 bulan jadi 2 ons, di laut Tuhan kasih makan. Besarin di keramba lama," kata Susi di akun Twitternya seperti dikutip detikfinance, Jumat (23/01/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bila Indonesia mengekspor 5 juta ekor bibit lobster/tahun dengan berat per ekor rata-rata 50 gram maka dengan harga US$ 1 per ekor didapat devisa hanya US$ 5 juta dengan volume 250 ton.
Sedangkan bila lobster tersebut dibesarkan di dalam negeri dari 50 gram menjadi 300 gram (3 bulan) dikali 5 juta ekor maka didapat 1.500 ton lobster. Sebanyak 5 juta ekor lobster besar dengan total berat 1.500 ton tersebut kemudian dikalikan dengan harga per ekor US$ 30 maka didapat devisa US$ 45 juta.
Lain ceritanya bila lobster kecil ukuran 50 gram dibesarkan menjadi 200 gram (2 bulan) dikali 5 juta ekor maka didapat berat lobster bertambah menjadi 1.000 ton. Berat 1.000 ton ini kemudian dikalikan dengan harga per ekor lobster besar US$ 30 maka didapat hanya US$ 30 juta.
"Sebenarnya itu tidak akan hilang dan itu bisa diambil lagi. Kalau tunggu 2 bulan saja berat lobster akan bertambah dari 50 gram sudah sampai 200 gram. Kita hanya tunggu, laut yang kasih makan," tegas Susi saat ditemui di Gedung Mina Bahari I, Jalan Medan Merdeka Timur, hari ini.
(wij/hen)