Dolar Rp 13.000, Ini Barang dan Jasa di Mal yang Kena Dampak

Dolar Rp 13.000, Ini Barang dan Jasa di Mal yang Kena Dampak

- detikFinance
Selasa, 10 Mar 2015 12:10 WIB
Jakarta - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar terus melemah hingga menembus Rp 13.000/US$. Untuk sektor ritel, pelemahan kurs rupiah ini berdampak pada kenaikan harga barang/jasa.

Ketua Dewan Pembina Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Stefanus Ridwan mengatakan ada beberapa barang/jasa yang memang langsung terkena imbas kurs rupiah yang melemah. Namun ada beberapa barang yang tetap bertahan meski barang tersebut harus diimpor.

Stefanus mencontohkan barang-barang elektronika sudah pasti yang paling cepat menyesuaikan kenaikan harga. Alasannya selain mematok harga dengan dolar AS, sistem stok produk elektronika relatif singkat. Artinya barang yang dibeli pedagang, memakai kurs terbaru, sehingga sangat cepat menyesuaikan harga.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mencontohkan produk elektronika seperti komputer atau laptop, monitor, hardisk, telepon seluler (ponsel) langsung menyesuaikan harga. Rentang kenaikannya harganya menurut Stefanus tergantung jenis barang mengikuti pergerakan rupiah terhadap dolar AS.

"Bahkan harga produk elektronika setiap hari bisa berubah, komputer dan monitor dipatok harganya dalam dolar, jadi tinggal dikalikan saja kalau ada perubahan kurs," katanya kepada detikFinance, Selasa (10/3/2015).

Selain itu, produk jasa di mal seperti perusahaan agen perjalanan di mal khususnya untuk paket-paket perjalanan ke luar negeri kena dampak kenaikan biaya. Hal ini biasanya para agen perjalanan mematok biaya dengan dolar, sehingga bila dolar menguat, efeknya langsung pada harga paket perjalanan yang di dalamnya ada biaya pesawat, hotel dan lainnya.

"Agen perjalanan juga naik, karena pakai US dolar, itu langsung naik," katanya.

Namun Stefanus mengatakan produk-produk pakaian bermerek yang dijual di mal tak langsung naik harganya. Umumnya mereka membeli dari kurs dolar di awal tahun yang masih di bawah Rp 13.000/US$.

"Untuk barang bermerek, mereka sudah beli sudah stok, nggak langsung berubah harganya. Tapi nanti kalau naiknya berkepanjangan, kalau sekarang belum," katanya.

Selain itu, para penjual pakaian bermerek tak gegabah untuk langsung menaikkan harga karena terkait penjualan pakaian bermerek di Indonesia yang tak sebesar pakaian tak bermerek. Selain itu, kurs dolar yang menguat di kisaran Rp 12.500-13.000, baru terjadi beberapa pekan terakhir.

"Kalau pergantian musim, dekat-dekat Juni-Juli, model-model pakaian berubah. Begitu order baru terkena dolar yang tinggi, tentu akan naik. Sekarang ini dari barang yang dibeli awal tahun," katanya.

Ia juga menegaskan sewa mal untuk para tenant tak akan berubah, karena memakai perjanjian kontrak dalam 5 tahun dengan kurs tetap. "Sewa nggak ada kenaikan sudah ditentukan, 5 tahun lalu," katanya.

(hen/hds)

Hide Ads