Ketua Himpunan Masyarakat Kopi Arabika Sumatera-Simalungun (HMKSS) Walatindaon mengatakan, kopi dari Simalungun ini sudah diminta oleh Starbucks, langsung dari California Amerika Serikat, yang diekspor sejak 2014 sebanyak 30 ton.
"Awal mulanya bisa diterima starbucks karena ada pertemuan dari forum asosiasi kopi internasional dihadiri oleh 47 negara," katanya kepada detikFinance di sela-sela acara Agricultural Product and Technology Expo, JCC, Senayan, Jakarta, Jumat (15/5/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya harga kopi Simalungun yang dijual ke Starbucks masih dalam bentuk mentah atau green bean. "Harganya yang diekspor itu, kopi sebelum disangrai, belum warna coklat harganya Rp 60.000/kg," katanya.
Walatindaon menambahkan, yang membuat sebuah kopi istimewa karena proses awal sampai akhir, mulai dari pemilihan kopi, hingga dijaga dari kontaminasi, seperti hewan unggas. Namun pihak Starbucks hanya mau menerima kopi yang belum disangrai.
"Dari starbucks, berapa pun kopi Simalungun mereka akan serap, cuma yang dihasilkan baru 30 ton per tahun," katanya.
Ia memastikan, kopi Simalungun yang diracik di dalam negeri dengan kopi Simalungun yang sudah diracik di Starbucks tak jauh berbeda. "Rasanya tak kalah, dengan kopi dari Amerika, hanya keunggulannya pengalaman meracik yang lama oleh Starbucks," katanya.
(hen/ang)