Pedagang Jengkol Pasar Induk Kramat Jati, Raba mengatakan saat ini menjual jengkol Rp 20.000-30.000/Kg yang berasal dari Padang dan wilayah selatan Sumatra Barat. Ia mengatakan, saat harga normal, jengkol ukuran besar termahal hanya Rp 25.000/Kg.
"Kalau harga kenapa di tingkat eceran dua kali lipatnya, mereka ambil untungnya besar, mereka juga kan beli dari kita cuma 5 kg sampai 10 kg. Wajar jualnya segitu, sampai Rp 60.000 ke atas," kata Raba kepada detikFinance, Senin (8/6/2015)
Raba mengatakan, penyebab harga jengkol saat ini karena pasokan yang terbatas. Ia biasanya mendapat pasokan jengkol 7 ton per hari, kini hanya 3-4 ton per hari.
"Karena jengkol itu kan buahnya termasuk lama. Bukan karena pohonnya sudah tua, atau semakin sedikit, tapi karena dia kan ada kembangnya. Kalau lagi mahal kaya sekarang memang pohonya baru berbunga. Bulan-bulan 5 sampai 6 lagi bunga. Nanti bulan ke-7 mulai berbuah lagi," katanya.
Sementara itu pedagang jengkol lainnya bernama Atma, mengatakan mahalnya harga jengkol memang pasokan terbatas. Ia juga sama-sama menuding kenaikan harga jengkol saat ini karena ulah pedagang eceran.
"Tapi kita jualnya tetap nggak jauh beda. Yang ambil untung besar itu pedagang yang kecil. Ambil untung sekilonya bisa Rp 30.000/Kg," katanya.
Ia mengatakan, harga jengkol ukuran besar di Pasar Induk hanya Rp 30.000/Kg, pihaknya mendapatkannya dari petani dengan harga Rp 28.000/Kg. Artinya para pedagang di Pasar Induk hanya ambil untung Rp 1.000-3.000/Kg.
"Jadi yang ambil untung dari harga jengkol paling besar yang kecil-kecil. Nggak kira-kira mereka ambil untungnya," katanya.
(hen/rrd)