Β
Sekretaris Perusahaan AP I, Farid Indra Nugraha mengakui, ada beberapa bandara di bawah pengelolaannya yang merugi. Kerugian dipicu oleh beberapa faktor. Faktor pertama adalah, investasi baru yang berdampak terhadap pemasukan sedangkan jumlah lalu lintas penumpang dan pesawat belum memenuhi standar, yakni di bawah 2,5 juta-3 juta penumpang per tahun.
"Karena banyak fasilitas yang sudah tua yang harus diganti, sehingga dilakukan investasi baru. Secara pembukuan berdampak pada kerugian. Ditambah lagi biaya pemeliharaan dan operasi sangat tinggi," Farid kepada detikFinance, Jumat (12/6/2015).
Untuk bandara tertentu yang merugi, AP I tidak keberatan untuk diambil oleh Kemenhub. Bandara tersebut yakni Bandara Frans Kaisiepo di Biak dan Bandara El Tari di Kupang. Kedua bandara tersebut masih menghadapi kendala untuk dikembangkan. Khusus El tari, terdapat persoalan lahan yang belum tuntas antara AP I dan TNI AU. Belum lagi adanya pungutan tambahan sehingga membebani biaya.
"Kupang (El Tari) itu pangkalan udara, proses komersialnnya sangat birokrasi karena pemiliknya TNI AU. Belum lagi ada aturan harus membayar kontribusi tetap dan profit sharing, di luar dividen. Ini yang sangat menghambat," ujarnya.
Sedangkan Direktur Utama AP II, Budi Karya membenarkan, ada beberapa bandaranya yang masih rugi. Kerugian bukan tanpa sebab. Kerugian dipicu oleh investasi yang dikeluarkan perseroan cukup besar, namun belum diikuti oleh pemasukan yang sesuai rencana, seperti lalu lintas penumpang dan pesawat masih di bawah target.
"Kalau bisnis 1-5 tahun mengalami rugi setelah investasi itu wajar. Setelah itu, tahun berikutnya untung. Investasi bandara nggak kecil, minimal Rp 500 miliar. Tahun pertama rugi laba minus, tapi punya prospek dan untung seperti pada bandara Pekanbaru, Palembang, sama Pontianak. Dulu rugi sekarang sudah untung," sebutnya.
Namun, AP II menghadapi kendala di dalam pengelolaan Bandara Silangit di Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Bandara yang baru diserahkan oleh Kemenhub kepada AP II ini, ternyata mengalami persoalan lahan. Otomatis perseroan sangat hati-hati di dalam pengembangan. Belum lagi traffic penumpang dan pesawat masih rendah.
"Traffic di sana masih rendah. Ini kalau mau kembangin tanahnya belum beres. Untuk Silangit, kami mungkin berpikir agar bisa ambil (oleh Kemenhub)," ujarnya.
(feb/dnl)