Saat ini total luas lahan baku sawah secara nasional mencapai 9,2 juta hektar, namun hanya sekitar 5,3 juta hektar yang ditanami secara rutin, selebihnya 3,9 juta hektar ditanami tidak rutin (bongkor) bahkan kerap terancam konversi. Tambahan areal tanam ini berasal dari lahan bongkor yang selama ini tak rutin ditanam oleh petani dan frekuensi tanam yang lebih dari satu kali.
"Musim tanam padi periode Oktober 2014 hingga April 2015, luas tanam naik dari 8,11 juta hektar menjadi 8,54 juta hektar," kata Direktur Perluasan dan Pengolahan Lahan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian Prasetyo Nuchsin kepada detikFinance, Selasa (1/7/2015)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Faktor keberhasilannya yaitu perbaikan jaringan irigasi, optimalisasi lahan yang telah 'tidur' 10 tahun lebih, dan digelontorkannya bantuan alat mesin pertanian," kata Hasil dihubungi terpisah.
Ia menjelaskan faktor perbaikan jaringan irigasi tersier sampai saat ini telah tercapai 1,3 juta hektar dari target 2,6 juta hektar selama 5 tahun. Artinya ada lahan seluas 1,3 juta hektar yang berhasil dialiri air sehingga indeks pertanaman (IP) juga naik.
"Sebelumnya tanam sekali, irigasinya bagus jadi bisa tanam 2 kali, itu kan namanya nambah luas tanam," imbuhnya.
Sembiring menjelaskan, selain irigasi, ada optimalisasi lahan yang semula tidak produktif seluas 1 juta hektar. "Ada lahan yang semula didiamkan hingga 10 tahun, kita bantu petaninya dengan benih, pupuk, hingga biaya upah tenaga kerja," jelasnya.
Ia menambahkan, kondisi pasar yang baik, harga beras terus naik juga dapat memotivasi petani supaya mau tanam lahan yang sebelumnya menganggur.
Selain itu, ada gelontoran bantuan alat mesin pertanian (alsintan) juga membantu adanya perluasan areal tanam. "Traktor sudah dibagikan lebih dari 20.000 unit, ribuan pompa air, combine harvester, dan transplanter," tambahnya.
Sembiring menjelaskan, faktor alam pun mengurangi risiko gagal panen yaitu iklim lebih cocok, serangan hama berkurang dan tidak ada banjir.
(hen/hen)