Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Hasil Sembiring mengatakan, penggunaan combine harvester di Kabupaten Klaten sudah dilakukan sejak 2014 namun jumlahnya sangat terbatas.
"Tahun lalu sudah ada 2 unit combine harvester besar, itu sangat terbatas. Padahal tenaga kerja untuk memanen sudah sangat sulit didapat. Tahun ini di Klaten ditambah 17 unit dan Jawa Tengah keseluruhan mendapat 466 unit combine harvester,' jelas Hasil.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, sudah bersih terpotong hingga pangkal batang sehingga memperkecil kehilangan hasil panen dibanding menggunakan parang atau arit. Dengan combine harvester, batang padi yang dipanen langsung terpotong hingga pangkal batang. Lalu dipisahkan antara batang dengan gabah dan keluar dalam bentuk gabah.
"Efisiensi bisa separuhnya, dengan tenaga manusia keluar biaya Rp 3 juta/hektar sedangkan pakai combine harvester hanya keluar biaya Rp 1,7 juta/hektar (hemat Rp 1,3 juta/hektar) . Ini sekaligus mengatasi semakin sulitnya mencari tenaga kerja pertanian di Jawa Tengah," terangnya.
Produsen dalam negeri telah mampu memproduksi combine harvester. Harga sebuah harvester mini berkisar Rp 60-80 juta/unit. Resiko kehilangan atau losesnya hanya 1-1,75%. Kapasitas mini combine harvester tipe tersebut 6 jam/hektar.
(rrd/rrd)