Stok diusahakan berasal dari pengadaan beras di dalam negeri, namun bila mendesak maka bisa dari beras impor, karena ada potensi ancaman kemarau panjang.
Perum Bulog menargetkan dengan stok hingga 2,5 juta ton maka pasokan dan harga di musim paceklik akan terjaga, tergantung serapan dari dalam negeri. Musim paceklik berlangsung pada Oktober 2015-Februari 2016.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sofyan mengatakan, stok beras minimal di gudang Bulog sampai akhir tahun harus 1,5 juta ton. Bila stok di bawah itu, maka opsi impor beras oleh Perum Bulog bisa saja dilakukan.
"Kalau kurang kita buka impor dan bukan suatu yang haram sesuai dengan kebutuhan. Normalnya perlu cadangan (stok) 1,5 juta ton, tapi karena El Nino butuh," katanya.
Ia mengatakan, dampak terburuk pada El Nino adalah produksi beras yang rawan terganggu. Sedangkan sektor kelautan atau perikanan justru akan diuntungkan karena plankton sebagai pakan dari ikan laut sedang berlimbah, sehingga produksi ikan berlimpah.
"Kalau akhir tahun ini 1,5 juta ton aman, tapi kalau seandainya di lapangan ada terkena El Nino datanya masih berbeda-beda," katanya.
Sofyan mengatakan, pemerintah menganggarkan Rp 3,5 triliun tahun ini sebagai dana cadangan untuk sektor pangan. Dana tersebut untuk beras cadangan pemerintah dan membayar utang ke Perum Bulog.
"Kita ada utang Bulog 148 ton, ada Rp 2 triliun, Rp 1,5 triliun untuk bayar utang Bulog, kita tutup, ada Rp 2 triluun untuk cadangan beras pemerintah, sekarang aman," katanya.
(mkl/hen)